26 Juni 2010

Hantu Yang Tersesat Di Belanda

Imigran muslim di Belanda banyak yang dirasuki mahluk jadi-jadian ?
Psikolog pun angkat tangan? Jarum suntik dipecundangi dukun klenik?
Quote:
Pria Maroko bernama Houcine itu pertama kali melihat sekelebat bayangan putih di pabrik tempat ia bekerja. “Apa yang kau cari di sini?” sergah sosok putih itu di ruang bawah tanah. Pertanyaan itu terus menghantui pikiran Houcine, buruh laki-laki berusia 20 tahun. Dua bulan selanjutnya, Houcine mulai berperilaku aneh. Ia konstan mencek keran gas dan mengunci semua pintu pabrik. Selain itu, ia sering menceracau tak karuan.

Beberapa rekan kerjanya yakin, Houcine kerasukan setan. Mereka menghubungi seorang tabib. Ia berusaha mengusir mahluk halus yang bersarang di tubuh Houcine dengan ayat-ayat Quran dan memberi batu jimat. Dukun gadungan itu juga membawa Houcine ke kuburan keramat dan memandikan dengan air sumur bertuah asal Casablanca. Bisa ditebak, hasilnya nihil. Houcine akhirnya dirawat di sebuah klinik di Belanda Selatan dan ditangani oleh psikiater Jan Dirk Blom.

Blom bekerja di bagian psikotis Klinik Parnassia Bavo di Den Haag. Tiap hari ia bergulat dengan pasien-pasien kesurupan seperti Houcine. “Sebagian besar pasien yang berhalusinasi adalah imigran muslim asal Turki dan Maroko. Tidak hanya gangguan psikis, kebanyakan juga punya keluhan fisik,” tambahnya. Ia sudah biasa mendengar cerita-cerita menyeramkan pasiennya.

Quote:
Spoiler for :
Menurut Blom, pasiennya bukan cuma melihat hantu. “Kadang, mereka tiba-tiba mencium bau busuk, merasa disentuh di pundak, melihat ular merayap di paha mereka pada malam hari atau diterkam serigala hitam,” tuturnya. Ia menjelaskan, “Sulit mendiagnosa jalan pikiran mereka. Kebanyakan amat tertutup dan ada kendala bahasa. Tiba di sini, gangguan mereka sudah kronis. Biasanya setelah didesak atau ditemani imam, baru mereka mengaku melihat mahluk halus.”

Sebagian besar psikolog di Belanda belum terbiasa dengan tema gaib ini. Blom menulis artikel seputar fenomena jin di Jurnal Kedokteran Belanda baru-baru ini. Ia menyayangkan, mayoritas dokter di Negeri Kincir Angin menyebut dunia mistik cuma omong kosong belaka. Antropolog Cor Hoffer berpendapat senada dengan Blom, “Masih banyak yang menganggap isapan jempol terkait budaya lokal. Padahal, dengan sedikit membuka mata makin banyak informasi yang dapat digali dari pasien,” paparnya.

Quote:
Spoiler for :
Namun, Hoffer juga memperingatkan, “Jangan menyamaratakan pendatang muslim. Masih banyak keyakinan simpang siur seputar iblis dan sejenisnya. Yang lebih penting, komunikasi dua arah antara pasien dan dokter. Ini yang menentukan tingkat keberhasilan terapi.” Blom menimpali, “Saya pernah memberikan pil penenang ke salah satu pasien. Enam bulan kemudian, tak ada perubahan. Ketika diselidiki lebih lanjut, ternyata pasien tersebut dilarang oleh penunggu di sampingnya untuk menelan obat. Ia pun menyangsikan kedokteran Barat.”
Quote:
Sebagian besar perantau muslim di Belanda hidup terisolir dan jarang berhubungan dengan penduduk setempat. “Kebanyakan pengangguran atau hidup pas-pasan. Himpitan ekonomi gampang menyebabkan gejala skizofrenia. Apalagi, sifat mereka tertutup. Keluarga mereka pun tidak cukup mengenyam pendidikan,” urai Blom.

Berbeda dengan pasien Belanda yang membeberkan keluhan mereka dari A hingga Z, kaum pekerja kasar itu dan keluarganya tak menguasai bahasa Belanda. Akibatnya, informasi malah simpang-siur. “Saya mencoba memahami situasi mereka dan tak meremehkan roh-roh gentayangan. Setidaknya, saya bisa memberikan terapi optimal. Minimal, mereka mau menelan obat dan boleh pulang dalam keadaan stabil,” tandas Blom.
Quote:
Spoiler for :
Quote:
Makin banyak lembaga kesehatan di Belanda menyewa tenaga santri bagi pasien-pasien muslim. Mereka bisa disamakan dengan pastur atau pendamping spiritual di berbagai rumah sakit dan lembaga pemasyarakatan. Sayang, banyak pasien pemeluk Islam tidak tahu fasilitas ini. Di Belanda pun sudah ada pendidikan setara universitas untuk menjadi imam. Kendati demikian, masih banyak diskusi panjang seputar imam-imam ini. Sebagian mengkhawatirkan konflik antara terapi medis dengan ‘ritual’ keagamaan. Tapi, ada pula yang mendukung dan percaya, kombinasi dua terapi justru akan memperkaya dunia kedokteran. Mereka berpendapat, mayoritas perantau yang hidup atau berpijak di dua tanah air bisa berfungsi sebagai acuan.

Sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=4383864

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails