Obyek wisata yang satu ini bisa dikatakan sebagai salah satu ikon yang paling dijual oleh departemen pariwisata Indonesia, atau Jawa Timur pada khususnya. Taman National Bromo, Tengger, Semeru. Gunung Bromo, yang merupakan salah satu bagian lingkup taman nasional ini menawarkan eksotika tersendiri sebagai obyek wisata gunung dibandingkan wisata gunung yang lain. Bukan hanya karena bentuk gunung dan kawah belerangnya yang khas, namun lebih dikarenakan lokasinya. Orang menyebutnya crater in the crater, atau kawah didalam kawah. Karena sebenarnya Gunung Bromo dan gunung-gunung disekitarnya (Gunung Batok,dll) hanya merupakan ‘tonjolan-tonjolan’ yang berada didalam kawah yang besar, dimana areal kawah ini adalah sebesar lautan pasir (Segoro wedi). Sejarahnya memang jaman dahulu kala gunung ini adalah gunung yang jauh lebih besar daripada Gunung Semeru yang ada disampingnya, yang kemudian meletus dengan dahsyatnya sehingga terbentuklah kawah berpasir ini dengan gunung-gunung kecil yang terbentuk didalam kawah bekas letusannya ini. Salah satunya adalah Gunung Bromo ini.
Untuk  akses menuju Gunung Bromo ini ada dua pintu masuk, yaitu pintu masuk  sebelah timur (Tosari,Pasuruan) dan pintu masuk sebelah barat (Cemoro  Kandang,Probolinggo). Keduanya memiliki nilai lebih masing-masing. Namun  saya sarankan memang petualangan di Bromo akan lebih menarik jika kita  masuk melalui pintu sebelah timur. Petualangan akan dimulai di gardu  pandang gunung Bromo dan Semeru yang terletak di Gunung Penanjakan.  Disini kita akan menikmati indahnya sunrise berlatarkan gunung Bromo dan  Semeru. Jika anda pernah melihat gambar atau foto yang berlatarkan  gunung Bromo dan Semeru yang sangat indah (seperti gambar diatas),  disinilah tempat foto itu diambil. Setelah kita puas menikmati sunrise  disini, sekitar pukul setengah tujuh kita bisa turun menuju lautan  pasir. Disini kita bisa menikmati gabungan suasana padang pasir dengan  pegunungan yang tidak ada duanya. Dan terakhir kita menuju Gunung Bromo  untuk menikmati kawah beserta pemandangan disekitarnya.
Jika anda bertanya-tanya kenapa kita tidak menikmati sunrise dipuncak Gunung Bromo saja, seperti kebanyakan pemikiran orang-orang. Alasan pertama dan utama adalah sunrise tidak tampak disini. Matahari baru kelihatan setengah jam sampai satu jam dari waktu asli terbitnya dikarenakan terhalang oleh gunung yang lebih tinggi yang ada disekitarnya. Karena memang ini bukan pendakian gunung sejati, maka sensasi berada dipuncak pada saat sunrise pun tidak begitu penting. Lebih mantab jika kita benar-benar melihat sunrise dengan berlatarkan dengan gunung Bromo dkk yang cukup indah. Sensasi berada di Bromo akan dapat.
Untuk perjalanan menuju kesananyapun cukuplah mudah, terutama untuk warga Surabaya atau Malang dan sekitarnya. Transportasi yang disarankan menggunakan kendaraan pribadi, bisa mobil ataupun sepeda motor. Kenapa tidak menggunakan anggutan umum, karena memang selain agak sulit didapat (khususnya menuju kaki gunung), timing juga tidak tepat karena kita berangkat pada tengah malam dimana sudah tidak ada angkutan umum lagi. Kecuali anda berniat menginap terlebih dahulu. Dari arah Surabaya kita menuju Pasuruan via Gempol. Sesampainya di Pasuruan ambil arah jurusan Malang, ke arah jalan yang menghubungkan Pasuruan dengan Purwosari. Sekitar 3-4km selepas pasuruan akan ada pertigaan besar (ada traffic light), dimana terdapat marka besar diatasnya yang menunjukkan jika kekiri adalah menuju Gunung Bromo. Daerah ini disebut warung dowo. Begitu halnya dari arah Malang. Dari Malang kita menuju Purwosari. Dipertigaan Purwosari ini kita ambil arah lurus menuju Pasuruan (dimana yang kekiri adalah arah Pandaan). Dari pertigaan Purwosari ini menuju Warung Dowo menempuh jarak sekitar 15 km.
Dari Warung Dowo, setelah masuk beberapa  kilometer, ada pertigaan besar kita ambil arah kanan. Setelah itu kita  tidak akan berbelok lagi hingga mencapai desa Tosari. Mulai dari Warung  Dowo marka jalan cukuplah jelas, anda tidak perlu takut tersesat  walaupun perjalanan dilakukan pada tengah malam. Hanya perlu dicermati,  perjalanan dapat membuat perut mual dan kepala pusing, karena memang  jalanan menanjak dan berkelok-kelok cukup tajam. Ada yang hampir satu  putaran penuh bahkan. Perjalanan akan menghabiskan waktu satu hingga dua  jam tergantung ‘style’ menyetir anda dijalanan berkelok-kelok seperti  ini. Namun yang jelas jalanan sangat lancar karena memang tengah malam 
 
Sesampainya di desa Tosari, anda  diwajibkan untuk mengambil keputusan penting, yaitu apakah anda akan  lanjut dengan kendaraan pribadi anda ataukah anda menyewa mobil medan  atau hardtop. Kenapa demikian, karena memang jalur setelah ini adalah  bisa dibilang jalur maut. Turunan dan tanjakan mempunyai kemiringan yang  cukup mengerikan, mungkin hingga 50 derajat. Dan itu lebarnya hanya  satu seperempat jalur mobil. Artinya jika berpapasan sesama mobil harus  ada trik-trik khusus. Kemiringan tersebut ditambah dengan  kelokan-kelokan tajam. Sehingga sangat tidak disarankan untuk pengemudi  mobil yang tidak berkeahlian. Kecuali memang untuk orang yang tidak  sayang dengan mobil dan nyawanya 
   Namun untuk pengendara sepeda motor sendiri sepertinya tidak  diperlukan keahlian khusus. Hanya saja pastikan sepeda motor anda kuat  mendaki kemiringan tersebut. Jenis sewanya sendiri ada dua, sewa supir  atau sewa hardtop beserta supirnya. Untuk sewa supir, kendaraan (mobil)  yang dipakai tetaplah kendaraan kita, namun supir tersebut menjamin jika  ada kerusakan akibat menyetirnya, maka kerusakan akan ditanggung  sepenuhnya. Tarifnya tentulah lebih murah dibandingkan sewa hardtop  beserta supirnya. Untuk sewa hardtop mereka mematok harga seragam  sehingga tidak mungkin untuk ditawar lagi yaitu dengan tarif 300 ribu  rupiah. Itu meliputi perjalanan dari Tosari menuju Penanjakan,  Penanjakan menuju ke lautan pasir dan Gunung Bromo, hingga kembali lagi  ke Tosari.
Perjalanan  dari Tosari menuju Penanjakan memakan waktu kurang lebih 30 menit,  dengan perjalanan yang lebih menanjak dan berkelok-kelok daripada  sebelumnya. Sebelumnya keluar dari desa Tosari kita akan ditarik  retribusi masuk masuk. Perorang kurang lebih 5 ribu rupiah (kalau tidak  salah). Dan ohya, portal masuk retribusi Bromo ini dibuka pukul 3 pagi.  Sehingga jika anda sampai lebih pagi dari itu terpaksa harus menunggu  terlebih dahulu. Sesampainya di Penanjakan kita akan disuguhi kios-kios  yang tertata rapi yang menjajakan berbagai macam cendera mata. Walaupun  waktu masih menunjukkan pukul setengah empat dini hari namun suasananya  terang benderang, karena lampu neon yang berpijar milik para pemilik  kios yang saling beradu terang untuk menarik pelanggan. Disini kita akan  menaiki tangga-tangga sejauh kurang lebih 200 meter hingga mencapai  gardu pandang. Digardu pandang inilah kita akan menikmati indahnya  pemandangan alam yang dibentangkan oleh yang Maha Kuasa. Lokasi ini  memang diatur cukup rapi dengan disediakannya tempat duduk berjajar dan  bertingkat serta pagar pembatas untuk memanjakan para penikmat. Dan  paling penting adalah berdoalah agar cuaca cukup cerah agar anda dapat  menikmati dengan maksimal. Karena sialnya saya dan teman-teman saya  ketika kesini cuaca mendung pekat, hingga pukul tujuh pun matahari tidak  tampak. Gunung Bromo apalagi. Yang tampak hanya warna putih awan, dan  dari kejauhan tampak sedikit gunung semeru yang lagi batuk menyemburkan  asapnya.
Setelah  dari Penanjakan, kita dapat melanjutkan perjalanan menuju Bromo.  Perjalanan kesana dimulai dengan jalanan menurun yang luar biasa  mengerikannya, yang memang disinilah tempatnya pengemudi ahli beraksi.  Karena memang sebenarnya ini bisa disebut jalanan ‘menuruni tebing’.  Setelah adrenalin terpacu, perut terkocok, kepala terbentur kap mobil,  kita akan disuguhi keindahan dari lautan pasir (segoro wedi). Seperti  telah dijelaskan didepan, disini kita berada diperpaduan antara suasana  padang pasir dengan suasana pegunungan. Benar-benar mantab. Jika anda  menyewa hardtop (seperti rombongan saya), maka supir hardtop akan  menawari anda apakah ingin berfoto-foto atau sekedar menikmati suasana  lautan pasir. Tentulah anda harus menjawab ‘iya’ jika tidak ingin  kehilangan momen berharga ini. Dan saya beserta teman-teman cukup puas  disini (sebelumnya dikecewakan karena tidak bisa melihat pemandangan  indah di gardu pandang).
Cukup  puas di lautan pasir, agar tidak terlalu siang, kita lanjutkan  perjalanan ke Gunung Bromo. Hardtop hanya boleh masuk hingga areal  tertentu yang telah dibatasi disekitar areal pendakian. Dengan tujuan,  selain agar tampak rapi juga untuk berbagi rejeki dengan para joki yang  menyewakan kudanya untuk dinaiki. Biaya sewa kuda bervariasi dan  tergantung tingkat menawar anda, namun untuk orang lokal biasanya  dipatok dengan harga 20 ribu rupiah. Dan akan semakin murah jika  mendekati tangga pendakian. Kalaupun berjalan juga tidak akan  memberatkan jika stamina anda cukup prima. Hingga mecapai kaki tangga,  jika anda berjalan akan menghabiskan waktu setengah jam kurang lebih.  Kemudian anda bisa menaiki tangga hingga mencapai puncak Gunung Bromo.  Disini kita dapat menikmati indahnya kawah Bromo dan juga dapat berfoto  dengan ber-background-kan gunung Batok yang ada disebelahnya. Anda bisa  juga berkeliling kawah jika hari tidaklah terlalu siang. Karena semakin  siang semakin berbahaya berada disekitar kawah. Karena semakin siang uap  belerang semakin tidak dapat membumbung keatas sehingga kemungkinan  bahaya keracunan akan semakin tinggi.
Rute:
- Surabaya – Gempol – Pasuruan – Warung Dowo : 1,5 jam (perjalanan malam hari)
Malang – Purwodadi – Purwosari – Warung Dowo : 1 jam ( perjalanan malam hari) - Warung Dowo – Tosari : 1-2 jam (perjalanan malam hari)
 - Tosari – Penanjakan : 30 menit
 - Penanjakan – Segoro Wedi : 25 menit
 - Segoro Wedi – Bromo : 15 menit
 
Tarif:
- Retribusi masuk areal TNBTS : Rp.5000 per orang
 - Sewa hardtop : Rp.300.000 per mobil
 - Sewa kuda : Rp.20.000 (nego)
 
Tips:
- Berkunjunglah pada musim kemarau, jangan musim penghujan, sehingga anda akan mendapatkan momen pemandangan yang sempurna.
 - Siapkan pakaian pelindung dingin, seperti kerpus, slayer, syal, sarung tangan, jaket, dan jangan lupa sepatu karena cuaca disini cukup dingin.
 - Bawalah juga kacamata untuk pelindung dari debu pasir selama di segoro wedi.
 - Jangan berada dikawah Bromo diatas pukul 9 pagi untuk menghindari resiko keracunan.
 - Timing yang paling tepat berangkat dari Surabaya atau Malang adalah sekitar pukul 12-1 malam.
 
Sumber : http://engineear.net/2008/11/10/bromo-kawah-didalam-kawah/
Rumahku Deket gan dengan bromo kalo lewat warung dowo
BalasHapus