19 September 2010

12 Film Indonesia Bertemakan Gay Yang Pernah Ada

1. Coklat Stroberi (2007)

Film komedi remaja yang sangat berhasil membuat para tokohnya benar-benar hidup alias tak hanya sekedar skenario film. Tokoh gay sangat ngondek yang diperankan Mario Merdhitia merupakan representasi dari tipikal gay sangat feminin dan centil. Di sisi lain pasangan Mario yang diperankan Nino Fernandes adalah tipikal pemuda yang barangkali biseksual atau gay yang berusaha lepas dari kebiasaan pertemanan intimnya dengan teman gaynya. Sialnya, dua tokoh yang diperankan Marsya Timothy dan Nadia Saphira. pada awalnya menyangka keduanya cowok tulen meski kemudian kecurigaan mereka bertambah besar. Coklat stroberi berhasil menyajikan konflik di antara keempat tokohnya.

2. Arisan! (2004)

Drama satir pemenang Film Terbaik FFI 2004, salah satu karya terbaik Nia Dinata. Arisan! Lengkap dengan aktor dengan kualitas akting mahakarya, adalah kisah tiga sahabat yang hidup dengan permasalahan masin-masing. Sakti menyadari bakat homoseksualnya ketika ia sudah mapan (bekerja), Andien yang semula perfeksionis dalam menata rumah tangganya mendadak menjadi brutal ketika sang suami mengaku selingkuh. Dan Mei, seorang istri yang tak bisa memberikan keturunan.

Tiga tokoh ini menonjol di saat yang sama. Dan menurut saya karakter yang dimainkan paling kuat terletak pada Aida Nurmala, yang merupakan debutnya di film itu. Sementara hal ganjil mengenai homoseksual adalah kasus Sakti yang baru menyadari bakat dan hubungan sesama jenisnya nyaris ketika ia sudah sangat dewasa. Hal ini sangat dimungkinkan terjadi oleh sebab kehidupan Sakti yang sangat 'anak mama' alias sangat diperhatikan orang tuanya. Arisan! Menjadi semacam pembaharu dalam perfilman tanah air.

3. Realita Cinta dan Rock and Roll (2005)

Film terbaik Upi setelah Radit dan Jani. Realita Cinta dan Rock and Roll tidak hanya memasang aktor berpenampilan cakep atau aktris seseksi Nadine Chandrawinata. Film seksi dan nakal ini berhasil memaparkan sisi brutal sekaligus melankolis anak muda. Termasuk saat bumbu homoseksual dimasukkan ke dalam konflik film. Yakni ketika ayah dari Herjunot Ali ternyata sudah menjadi seorang transgender. Meski terlihat kaku, namun penampilan Barry Prima tak hanya pantas dijadikan lelucon nyinyir, melainkan akting yang cukup cemerlang. Meski dalam realitasnya, agak tidak memungkinkan seorang pria berotot yang barangkali sewaktu mudanya rajin olahraga, kemudian saat senja tiba, ia berubah haluan menjadi waria.Meski begitu, film ini cukup berhasil meski harus selesai dengan ending yang dipaksakan ala Upi (kecuali dalam radit dan Jani).

4. Kuda Laut (2010)

Film pendek yang mengangkat kehidupan pasangan gay yang sangat realistis. Yakni ketika salah satu dari sepasang sesama jenis itu akan menikah (tentu saja dengan perempuan). Dan si lelaki yang ditinggal kawin merasa tidak lengkap dalam 'rangka' membahagiakan pasangannya yang akan kawin. Maka muncullah kalimat sastrawi itu: "Kalau kita menjadi kuda laut. Aku hanya ingin dihamili. Tidak usah dinikahi".atau "Aku ingin menjadi kuda laut. Sebab pada mereka, laki-lakilah yang mengandung". Sebuah asosiasi yang bagus kawan sebab binatang laut itu (kuda laut) akan hamil selama ia jantan.

Namun apakah ini cenderung berlebihan dengan penafsiran awam sementara bahwa sang lelaki gay yang berperan sebagai wanita ingin hamil juga (baca: ingin mengalami pengalaman perempuan). Hal semacam ini patut dipertanyakan mengingat alasan kawin si lelaki yang satunya tidak dijelaskan. Apakah untuk menutupi aib ataukah sudah saatnya bertobat dan punya anak. Namun Kuda Laut berhasil menjadi film pendek yang sastrawi dengan teknis yang baik untuk ukuran film independen. Dan, film ini berhasil memaparkan sisi lain dunia homosksual, bahwa kalangan gay bisa ada dimanapun. Bahkan di tempat-tempat yang jauh dari hingar bingar kehidupan urban yang serba sialan.

5. Gay (2008)

Tahukah kalau Hanung Bramantyo pernah membuat proyek ambisiusnya atas sebuah ketakutannya: kelak jika ia menjadi ayah dan anaknya lelaki, ia tak ingin anak lelakinya itu jadi hombreng. Namun sayang, film ini terlihat sangat mengarah dan 'frontal'. Ini adalah kutipan artikel tentang film Gay dari situs: papario.wordpres.com

Film 'Gay' sendiri sebenarnya bercerita tentang perjalanan hidup seorang pria yang dahulunya bukan gay. Lukman Sardi sebagai pemeran utama mengatakan "Ceritanya unik dan menarik. Ini yang membuat saya tertarik memerankan Samsudin sang Gay". Lanjutnya "Tokoh ini pada dasarnya bukan gay. Namun dia menjadi gay karena selama hidupnya setelah menikah dikekang oleh kecemburuan istrinya yang tidak menentu."

"Bayangkan !" kata Anissa pemeran istri Samsudin " Jangankan bicara sama perempuan, melirik wanita saja tidak boleh !. Baik itu dirumah, dijalan bahkan dalam pekerjaan".

"Akhirnya, karena tokoh ini tidak pernah bergaul dengan wanita, setiap hari bergaul dengan pria, timbullah hasratnya kepada pria. Apalagi ternyata istrinya tidak mengerti dan terkadang menolak hasrat suami yang libidonya ternyata cukup tinggi". Komentar Lukman.

6. Rien: Sang Penjagal

Film ini barangkali terinspirasi dari si pembunuh asal Jombang, Rian yang juga seorang homoseksual. Saya belum pernah menonton film ini namun sudah lihat trillernya. Jadi silakan baca sinopsisnya saja. Hehe:

Ditemukan seorang korban mutilasi di dalam sebuah koper yang di temukan oleh seorang pemancing di pinggiran kali. Pelaku mutilasi tersebut bernama Rein, seorang pemuda yang memiliki masa lalu kelam. Sebenarnya Rein seorang pemuda yang baik, pendiam, dan tidak banyak tingkah. Dia bekerja di sebuah perusahaan swasta dan di sukai oleh banyak orang. Rein tinggal bersama sahabat baiknya yang bernama Steven dan keduanya saling mencintai. Tetapi masa lalunya yang kelam membuat Rein trauma. Saat Rein masih sekolah, dia sering dianiaya oleh teman-temannya. Ibunya sendiri berselingkuh dengan lelaki lain. Bahkan gadis yang dicintai Rein pun berhianat dan mencintai lelaki lain. Rein kesal melihat penghianatan yang di lakukan oleh siapa pun. Suatu hari Rein dicari polisi karena dia dilaporkan oleh seorang anak yang pernah dianiaya oleh Rein. Kini Rein menjadi buronan polisi. Apakah polisi berhasil menangkap Rein?

Film-film Indonesia dengan gay sebagai tempelan
atau bubuhan, bukan inti cerita:

7. Kala (2007)

Film kedua Joko Anwar ini memang bukan film gay, namun salah satu pemerannya, sempat digambarkan gay saat scene itu tersimak: dia habis melakukan persetubuhan sesama jenis: dua lelaki di ranjang bertelanjang dada dan salah satunya kembali berpakaian. Kala merupakan film terbaik yang dimiliki Indonesia. Memenangkan Sinematografi Terbaik dan Tata Artistik terbaik FFI 2007 (selain penghargaan khusus, Film Berbahasa Indonesia Terbaik).

8. Banyu Biru (2005)

Film yang dibintang Tora Sudiro ini adalah film di luar mainstream yang membingingkan penonton awam. Ternyata tokoh utamanya hanya berskrizofenia dan semua perjalanan itu tak pernah ada (nyaris seperti film Pintu Terlarang-nya Joko Anwar). Namun di salah satu scene, tokoh Banyu pernah berkunjung ke perkampungan waria. Di sana ia bertemu dengan salah satu transgender yang diperankan Oscar Lawalatta. Di sini Oscar terlihat sangat natural. Dan Banyu Biru akhirnya memang menjadi film terbaik karya Tedy Soeriaatmadja setelah Ruma Maida.

9. Quickie Express (2008)

Film kedua Dimas Jayadiningrat yang penuh selera humor dan thriller komedi yang berkelas. Menceritakan tiga gigolo yang diperankan Tora Sudiro, Aming dan Lukman Sardi. Pada salah satu scene, Tora kedapatan akan melayani seorang yang dipikirnya perempuan. Padalah calon pemakai jasanya itu adalah waria. Hanya itu. Selebihnya, film yang tidak didaftarkan FFI ini menceritakan tentang nasib, gigolo, dan keluarga satir

10. .Gie (2005)

Tak banyak yang ngeh kalau Soe Hoek Gie bisa diasumsikan gay dari autibiografinya sendiri. Dalam Gie, sebuah film brilian Riri Riza yang mendapat Film Terbaik FFI 2005, tokoh Gie tak hanya dipaparkan sebagai aktiis mahasiswa yang kritis dan penggerak, namun kisah kehidupannya yang misterius. Gie tampak ragu dan tak yakin ketika berciuman dengan teman perempuannya (diperankan Wulan Guritno), dan menjelang kematiannya saat hiking, Gie teringat dengan pertemanannya dengan teman lelakinya di masa kecil: sebuah representasi dari bakat homoseksual Gie yang masih tertidur.

11. Janji Joni (2005)

Tentu saja film ini bukan film gay, namun dalam satu scene terdapat nuansa gay ketika dua gay dalam toilet sedang membahas sebuah film. Keduanya diperankan Winky Wiryawan dan Tora Sudiro. Dan Janji Joni, adalah film pertama Joko Anwar dengan teknis yang bagus, begitpun kualitas pemainnya. Two thumbs up!

12. SMS (Suka Sama Suka) (2009)

Film dengan skenario bodoh yang dibintangi Rezky Raditya, Teuku Wisnu dan Laudya Chyntia Bella. Barangkali pembuatnya ingin menyamai kesuksesan Coklat Stroberi. Namun hasil dari film SMS ini sungguh disayangkan karena para tokohnya sangan kaku. Terlebih ketika tokoh yang diperankan Bella bisa-bisanya membongkar kegayan-temannya pada media. Film komedi ini bercerita tentang dua orang cowok yang sialnya ketemu saat masuk di taksi yang sama, dan (lebih sialnya lagi) sama-sama pengen nge-kos. Akhirnya mereka berdua dapat kos di tempat yang enak dan mengaku sebagai pasangan gay agar diijinkan nge-kos di tempat itu. Sangat Coklat Stroberi, kan?

Sumber : http://forum.vivanews.com/showthread.php?p=841278#post841278

6 komentar:

  1. film Indonesia ga ada yg bagus kayaknya... ini pengalaman saya setiap saya nonton film indonesia. sama kaya film india, ga ada yg bagus

    BalasHapus
  2. PEMBODOHAN MASYARAKAT, HARUS DIBERANGUS....!!!!!!!

    BalasHapus
  3. Film Indonesia Enggak ada Bagusnya ? Pertanyaan yang salah atau menjawabnya yang susah...? Kalau melihat dari inti cerita film indonesia, sepertinya nggak kalah dengan film holywood. Saya mungkin satu dari sekian ribu masyarakat yang tergila-gila nonton film. Tapi kebanyakan yang saya tonton film holywood..Mengapa...? Bukan saya sok holywood atau tidak mencintai film Indonesia, tapi, menurut pengalaman saya...Perbedaan antara film luar dan film Made in Indonesia, cuma terletak dari penokohannya dan beberapa aspek lainnya yang seharusnya dikerjakan sangat detail seperti sound efect, tata rias, tata cahaya, pemakaian kamera...
    Kalau film Hollywood, mereka berakting tidak seperti sedang akting, tapi memang seperti mereka alami sendiri. Para pemainnya lebih bisa keluar jauuuuuh dari dirinya sendiri untuk memerankan tokoh film yang diperankan. Sehingga pada waktu ada peran sedang mandi, atau jatuh ke lumpur, atau sedang bercinta, atau sedang di tampar, atau sedang jalan di kegelapan malam, mereka benar-benar kelihatan sedang melakukan itu, pada waktu dan tempatnya.
    Lain dengan pemain kita yang masih kelihatan seperti berakting dan kelihatan masih takut untuk total berakting...... Yah saya sih...nggak menyalahkan pemain kita atau kru film lainnya ...tapi...kondisi negara kitalah yang membatasi kita untuk berinspirasi lebih dalam lagi tentang pengerjaan segala sesuatunya termasuk soal totalitas kerja. Alasannya nggak jauh dari urusan NORMA. Kalau udah urusan ini, siapapun jadi takutlah. Nanti dicekal. Kalau sudah begini, film jadi enggak utuh lagi. Yang penting akting, dapet duit...beres dech..........
    Jadilah orang seperti saya nggak suka dengan produk dalam negeri. Padahal, menurut pengalaman saya menonton, ada kok film hollywood yang ceritanya sangat sederhana, cuma masalah satu orang terjebak dalam satu kamar kecil. Tapi karena semuanya dikerjakan teliti dan detail, film jadi enak ditonton.....Lagi pula, banyak kok film kita yang ceritanya mirip dengan film-film hollywood......entah siapa yang duluan...?!?!?!!?

    BalasHapus
  4. butuh waktu untuk indonesia menghasilkan film bagus bermutu !

    BalasHapus
  5. Film indonesia emang udah mulĂ i bagus. Apalagi kalo temanya tentang lgbt, sip deh!

    BalasHapus
  6. Indonesia mah kayanya kurang bagus filmnya, korupsi, salah dibela karena uang, narkoba dimana2, penyohokan, sedangkan lgbt yang tidak bersalah kepada orang lain malah dipermasalahkan, padahal kan tidak ganggu orang lain juga, makan sendiri juga, kerja sendiri juga, dan yang pasti tidak merugikan orang lain tetapi tentang perasaan, apa salahnya coba, film indonesia tentang lgnt ga ada, apalg film jaman sekarang kurang suka banget, maaf sebelumnya untuk yang tidak suka ucapan saya

    BalasHapus

Related Posts with Thumbnails