10 Maret 2012

3 Invasi Militer Indonesia ke Negara Lain Setelah Merdeka

Setelah merdeka indonesia dinilai memiliki kekuatan militer yang cukup kuat sebab pandangan politik luar negeri Indonesia pada era Soekarno lebih condong ke kiri dan anti barat, sehingga Uni Soviet yang merupakan negara komunis terbesar waktu itu memberikan sokongan dana dan peralatan militer secara besar besaran kepada Indonesia. Nah berikut ini ada 3 invasi militer yang pernah di lakukan Indonesia ke negara lain setelah Indonesia merdeka.  Mau tahu apa saja? Simak berikut ini:
1. Invasi Militer ke Timor Leste

Operasi Seroja adalah sandi untuk invasi Indonesia ke Timor Timur yang dimulai pada tanggal 7 Desember 1975. Pihak Indonesia menyerbu Timor Timur karena adanya desakan Amerika Serikat dan Australia yang menginginkan agar Fretilin yang berpaham komunisme tidak berkuasa di Timor Timur. Selain itu, serbuan Indonesia ke Timor Timur juga karena adanya kehendak dari sebagian rakyat Timor Timur yang ingin bersatu dengan Indonesia atas alasan etnik dan sejarah.
Angkatan Darat Indonesia mulai menyebrangi perbatasan dekat Atambua tanggal 17 Desember 1975 yang menandai awal Operasi Seroja. Sebelumnya, pesawat-pesawat Angkatan Udara RI sudah kerap menyatroni wilayah Timor Timur dan artileri Indonesia sudah sering menyapu wilayah Timor Timur. Kontak langsung pasukan Infantri dengan Fretilin pertama kali terjadi di Suai, 27 Desember 1975. Pertempuran terdahsyat terjadi di Baucau pada 18-29 September 1976. Walaupun TNI telah berhasil memasuki Dili pada awal Februari 1976, namun banyak pertempuran-pertempuran kecil maupun besar yang terjadi di seluruh pelosok Timor Timur antara Fretilin melawan pasukan TNI. Dalam pertempuran terakhir di Lospalos 1978, Fretilin mengalami kekalahan telak dan 3.000 pasukannya menyerah setelah dikepung oleh TNI berhari-hari. Operasi Seroja berakhir sepenuhnya pada tahun 1978 dengan hasil kekalahan Fretilin dan pengintegrasian Timor Timur ke dalam wilayah NKRI.
Selama operasi ini berlangsung, arus pengungsian warga Timor Timur ke wilayah Indonesia mencapai angka 100.000 orang. Korban berjatuhan dari pihak militer dan sipil. Warga sipil banyak digunakan sebagai tameng hidup oleh Fretilin sehingga korban yang berjatuhan dari sipil pun cukup banyak. Pihak Indonesia juga dituding sering melakukan pembantaian pada anggota Fretilin yang tertangkap selama Operasi Seroja berlangsung.
2. Invasi Militer ke Papua Barat
Operasi Trikora, juga disebut Pembebasan Irian Barat, adalah konflik 2 tahun yang dilancarkan Indonesia untuk menggabungkan wilayah Papua bagian barat. Pada tanggal 19 Desember 1961, Soekarno (Presiden Indonesia) mengumumkan pelaksanaan Trikora di Alun-alun Utara Yogyakarta. Soekarno juga membentuk Komando Mandala. Mayor Jenderal Soeharto diangkat sebagai panglima. Tugas komando ini adalah merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan Papua bagian barat dengan Indonesia.
Pertempuran Laut Aru pecah pada tanggal 15 Januari 1962, ketika 3 kapal milik Indonesia yaitu KRI Macan Kumbang, KRI Macan Tutul yang membawa Komodor Yos Sudarso, dan KRI Harimau yang dinaiki Kolonel Sudomo, Kolonel Mursyid, dan Kapten Tondomulyo, berpatroli pada posisi 4°49′ LS dan 135°02′ BT. Menjelang pukul 21:00 WIT, Kolonel Mursyid melihat tanda di radar bahwa di depan lintasan 3 kapal itu, terdapat 2 kapal di sebelah kanan dan sebelah kiri. Tanda itu tidak bergerak, dimana berarti kapal itu sedang berhenti. Ketika 3 KRI melanjutkan laju mereka, tiba-tiba suara pesawat jenis Neptune yang sedang mendekat terdengar dan menghujani KRI itu dengan bom dan peluru yang tergantung pada parasut. Kapal Belanda menembakan tembakan peringatan yang jatuh di dekat KRI Harimau.
Kolonel Sudomo memerintahkan untuk memberikan tembakan balasan, namun tidak mengenai sasaran. Akhirnya, Yos Sudarso memerintahkan untuk mundur, namun kendali KRI Macan Tutul macet, sehingga kapal itu terus membelok ke kanan. Kapal Belanda mengira itu merupakan manuver berputar untuk menyerang, sehingga kapal itu langsung menembaki KRI Macan Tutul. Komodor Yos Sudarso gugur pada pertempuran ini setelah menyerukan pesan terakhirnya yang terkenal, “Kobarkan semangat pertempuran”.

KRI Irian, Kapal perang terbesar yang pernah di miliki indonesia (hanya ada 3 di dunia, 2 di uni soviet 1 di Indonesia), kapal perang raksasa ini juga ambil bagian dalam operasi Trikora dalam pembebasan papua barat
Pasukan Indonesia di bawah pimpinan Mayjen Soeharto melakukan operasi infiltrasi udara dengan menerjunkan penerbang menembus radar Belanda. Mereka diterjunkan di daerah pedalaman Papua bagian barat. Penerjunan tersebut menggunakan pesawat angkut Indonesia, namun operasi ini hanya mengandalkan faktor pendadakan, sehingga operasi ini dilakukan pada malam hari. TNI Angkatan Laut kemudian mempersiapkan Operasi Jayawijaya yang merupakan operasi militer terbesar dalam sejarah Indonesia. Lebih dari 100 kapal perang, ribuan artileri berat termasuk 300an tank dan 16.000 prajurit disiapkan dalam operasi tersebut.
Sialnya sebelum Indonesia sempat menyerang papua barat pesawat mata-mata Amerika berhasil memotret konsentrasi militer sangat besar di laut ambon, Amerika yang khawatiran bahwa pihak komunis akan mengambil keuntungan dalam konfik ini dan kemungkinan lain yang lebih besar yaitu perang dunia 3 karena saat itu Indonesia disokong besar-besar dibidang militer oleh Uni Soviet yang menjadi musuh bebuyutan Amerika yang membela Belanda, Sehari kemudian Amerika Serikat mendesak Belanda untuk berunding dengan Indonesia. Karena usaha ini, tercapailah persetujuan New York pada tanggal 15 Agustus 1962. Pemerintah Australia yang awalnya mendukung kemerdekaan Papua, juga mengubah pendiriannya, dan mendukung penggabungan dengan Indonesia atas desakan AS.
3. Invasi Militer ke Malaysia
Pada 20 Januari 1963, Menteri Luar Negeri Indonesia Soebandrio mengumumkan bahwa Indonesia mengambil sikap bermusuhan terhadap Malaysia. Pada 12 April, sukarelawan Indonesia (sepertinya pasukan militer tidak resmi) mulai memasuki Sarawak dan Sabah untuk menyebar propaganda dan melaksanakan penyerangan dan sabotase. Tanggal 3 Mei 1963 di sebuah rapat raksasa yang digelar di Jakarta, Presiden Sukarno mengumumkan perintah Dwi Komando Rakyat (Dwikora) yang isinya: Pertinggi ketahanan revolusi Indonesia, Bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Sarawak dan Sabah, untuk menghancurkan Malaysia
Di bulan Agustus, enam belas agen bersenjata Indonesia ditangkap di Johor. Aktivitas Angkatan Bersenjata Indonesia di perbatasan juga meningkat. Tentera Laut DiRaja Malaysia mengerahkan pasukannya untuk mempertahankan Malaysia. Tentera Malaysia hanya sedikit saja yang diturunkan dan harus bergantung pada pos perbatasan dan pengawasan unit komando. Misi utama mereka adalah untuk mencegah masuknya pasukan Indonesia ke Malaysia. Sebagian besar pihak yang terlibat konflik senjata dengan Indonesia adalah Inggris dan Australia, terutama pasukan khusus mereka yaitu Special Air Service(SAS). Tercatat sekitar 2000 pasukan Indonesia tewas dan 200 pasukan Inggris/Australia (SAS) juga tewas setelah bertempur di belantara kalimantan (Majalah Angkasa Edisi 2006).
Pada 17 Agustus pasukan terjun payung mendarat di pantai barat daya Johor dan mencoba membentuk pasukan gerilya. Pada 2 September 1964 pasukan terjun payung didaratkan di Labis, Johor. Pada 29 Oktober, 52 tentara mendarat di Pontian di perbatasan Johor-Malaka dan membunuh pasukan Resimen Askar Melayu DiRaja dan Selandia Baru dan menumpas juga Pasukan Gerak Umum Kepolisian Kerajaan Malaysia di Batu 20, Muar, Johor.
Ketika PBB menerima Malaysia sebagai anggota tidak tetap. Sukarno menarik Indonesia dari PBB pada tanggal 20 Januari 1965. Pada pertengahan 1965, Indonesia mulai menggunakan pasukan resminya. Pada 28 Juni, mereka menyeberangi perbatasan masuk ke timur Pulau Sebatik dekat Tawau, Sabah dan berhadapan dengan Resimen Askar Melayu Di Raja dan Kepolisian North Borneo Armed Constabulary.
Pada 1 Juli 1965, militer Indonesia yang berkekuatan kurang lebih 5000 orang melabrak pangkalan Angkatan Laut Malaysia di Semporna. Serangan dan pengepungan terus dilakukan hingga 8 September namun gagal. Peristiwa ini dikenal dengan “Pengepungan 68 Hari” oleh warga Malaysia. Menjelang akhir 1965, Jendral Soeharto memegang kekuasaan di Indonesia setelah berlangsungnya G30S. Oleh karena konflik domestik ini, keinginan Indonesia untuk meneruskan perang dengan Malaysia menjadi berkurang dan peperangan pun mereda.
Pada 28 Mei 1966 di sebuah konferensi di Bangkok, Kerajaan Malaysia dan pemerintah Indonesia mengumumkan penyelesaian konflik. Kekerasan berakhir bulan Juni, dan perjanjian perdamaian ditandatangani pada 11 Agustus dan diresmikan dua hari kemudian. 

8 komentar:

  1. kmaren wktu pembebasan sinar kudus TNI kan juga udah berencana melakukan serangan darat ke wilayah somalia jika para sandra udah di bawa ke markas oleh perompak....termasuk invasi g ya....

    BalasHapus
  2. kebayang ga kalo dulu yang duluan mati adalah soeharto bukan soekarno
    mungkin indonesia ga akan kaya sekarang

    BalasHapus
  3. Rebonding Jembhoet10 Maret 2012 pukul 16.56

    no. 3 nampaknya tidak pernah diajarkan dalam kurukulum sejarah disetiap jenjang sekolah indo, juga di media lain paling sekilas, baru tahu patik sekarang. mungkin tak dibahas karena ini sejarah kegagalan operasi kalah perang yg memalukan. lebih detil merujuk ke buku mana gan....

    BalasHapus
  4. Saya jadi rindu Pak Soekarno... You're the greatest one...

    BalasHapus
  5. kayaknya kita harus melihat secara obyektif "invasi" yg dilakukan Indonesia itu... Untuk Irian Barat (Papua Barat), sudah ada perjanjian dengan Belanda bahwa Papua milik Indonesia namun pengembaliannya jarak satu tahun dari Konferensi Meja Bundar, ternyata Belanda ingkar hingga molor 2 tahun.. makanya diadakan operasi militer... Papua sejak awal milik Indonesia!
    Timor Leste mau integrasi dengan Indonesia walaupun ditentang sebagian rakyat Timor Leste... Operasi militer dilakukan karena terjadi kekacauan yang mengancam NTT yg berbatasan langsung dengan Timor Leste. Secara sejarah Timor Leste bukan jajahan Belanda jadi bukan bagian Indonesia sesuai Traktat London... Langkah pemerintah bisa dikatakan kurang tepat terhadap invasi ini karena ada lembaga dunia yg bisa jadi rujukan / PBB
    Untuk Invasi ke Malaysia adalah reaksi Sukarno terhadap negara baru yang dianggap bentukan Barat/Inggris. karena faham Sukarno saat itu adalah poros timur dengan sebutan terkenal Politik Mercusuar. Ini juga reaksi berlebihan pemerintah saat itu, karena Indonesia seakan ingin menjadi penguasa di kawasan.
    Sukarno, Suharto adalah orang yang brilian di masanya, walaupun mereka punya kelemahan disisi lain tetaplah mereka Bapak Bangsa.

    BalasHapus
  6. Saya kagum akan sejarah lampau kita yang begitu kuat & digdayanya sehingga sampai Amerika takut akan hal itu,saya pengagum berat Pres RI 1 Ir.Soekarno,semoga ada lagi presiden yang seperti beliau.
    sbgai tanda kutip "kalau ada yang membaca sejarah dan berbagai nara sumber,sebenarnya penerus bp soekarno adalah bp Jendral A.Yani.beliau dinilai lebih dekat,muda,dan pandai dan digadang-gadang sebagai presiden berikutnya, namun campur tangan Amerika via CIA dan bekerjasama dengan mr.X(bs dicari di google),yg menggelontorkan G30S-PKI,sehingga 7 jendral besar termasuk bp A.Yani dan ribuan masyarakat PKI yg tidak tahu apa2 menjadi korban demi mengejar tahta belaka.
    silakan mencari berita2,skrg bukan jamany lg tekekang,tunjukan indonesiamu. mari bersama-sama bangun indonesia...MERDEKA!!!

    BalasHapus
  7. Apakah militer di Indonesia tidak melakukan kekejaman di Tim-Tim?

    alimoel soekarno: "Timor Leste mau Integrasi Mencari Google Artikel Baru Indonesia" Hahahaha.

    Mereka yang menentang - semua dieksekusi.

    BalasHapus

Related Posts with Thumbnails