HIDUP itu seperti roda yang selalu berputar, kadang di atas dan tidak menutup kemungkinan berada di bawah. Jika kini pria bernama lengkap David P Siagian mempunyai toko alat musik dengan penghasilan Rp350 juta per bulan, dulu hidupnya sempat terkatung-katung di Ibu Kota dengan pekerjaan sebagai penjual kaset bekas.
Ayah dua orang anak yang akrab disapa David ini tidak mendapatkan secara instan dari usaha yang kini telah sukses diraihnya. Bila sekarang David telah memiliki ruko (rumah toko) empat lantai di kawasan strategis Margonda Raya, Depok, dulu sebelum sukses itu datang, pria berambut gondrong ini sempat merasakan pahit getir berjuang di Kota Jakarta.
”Saya sempat menjual kaset bekas dari penyanyi dan band rock lawas, tanpa toko dan gerobak, hanya beralaskan terpal plastik,” ujar David mengenang masa lalunya. Meskipun hanya memiliki usaha penjualan kaset bekas, namun usaha yang diakuinya tanpa modal tersebut, pelan tapi pasti berbuah pendapatan yang lumayan. Dengan ilmu manajemen yang diperoleh dari pengalaman hidupnya, David mulai menabung sedikit demi sedikit dari penghasilannya menjajakan kaset bekas. ”Kalau ditanya modal, bener-benar nol besar. Saat itu saya hanya bermodalkan 30 kaset bekas koleksi pribadi yang dibawa dari rumah,” akunya. Tahun 2004 menjadi langkah awal David membuka toko musik yang kini telah enam tahun dibantu dengan beberapa sahabat.
Meskipun hanya memiliki modal yang pas-pasan, namun kelahiran Padang, 6 Februari 1974 ini yakin, mampu mengelola toko musik dengan kekurangan yang dimilikinya saat itu. ”Semua serba paspasan, tokonya masih ngontrak, alat musiknya ada yang beli, namun tidak banyak juga yang berupa titipan dari relasi atau teman,” ungkap David. Tidak hanya menjajakan berbagai macam jenis alat musik, David yang memang pernah kuliah teknik mesin itu, melebarkan sayap usahanya dengan menawarkan jasa servis alat musik dan sound sistem. Meski mengaku tidak pernah mengiklankan usahanya, pria berparas kurus ini mengaku selalu kebanjiran orderan servis reparasi beberapa alat musik.
”Mereka (pelanggan) biasanya tahu dari mulut ke mulut, saya tidak pernah mengiklankan ke media massa,sekarang sudah lebih dari cukup pelanggan yang datang ke toko ini,” beber David. Toko yang bernama Toko Musik Dav ini bisa dibilang toko musik terlengkap di kota Depok. Toko yang beralamat di Jalan Margonda Raya No 1 itu menawarkan berbagai macam jenis alat musik baik tiup, gesek, petik dan sebagainya. Selain berbagai jenis alat musik, pelanggan juga bisa mendapatkan perlengkapan alat musik lainnya, seperti sound sistem, amplifier, senar gitar, sarung gitar, semua lengkap di toko berornamen sederhana ini. Saat ditanya kunci kesuksesan tokonya, David menjawab secara bijak, kuncinya adalah loyalitas yang tinggi kepada pelanggan.
Dia tidak hanya menganggap pelanggan sebagai mitra bisnis, tetapi juga relasi yang akrab sebagai kawan. Setiap pelanggan yang datang ke Toko Musik Dav, selalu diberi penawaran yang terbaik. David tidak pernah membedakan pelanggan kelas menengah atas yang sebagian besar musisi terkenal, maupun pemain musik jalanan, semuanya dilayani secara total. ”Biasanya sebelum membeli, kami memberi jasa konsultasi gratis dulu,mereka mau alat musik seperti apa? Apakah untuk akustik atau elektrik? Harga yang mereka tawarkan berapa? Di sini harga barang fleksibel, masih bisa ditawar,” ujar penyuka musik rock ini. Selain itu, hal yang selalu membuat pelanggan datang dan terus datang adalah pelayanan purna jual di Toko Musik Dav.
Jika di tempat lain, pelanggan tidak mendapatkan garansi dari barang yang telah dibelinya, lain halnya di toko ini, pelanggan bisa menyervis dengan harga yang relatif murah bahkan gratis, jika kerusakan memang disebabkan oleh produsen. ”Sebagian besar pelanggan kami setelah membeli alat musik di sini lama kelamaan jadi teman dan sahabat, karena mereka sudah nyaman saat beli alat musik di sini,” umbar David. Dengan pelayanan ekstra tersebut, tak ayal pria berkulit gelap ini mampu meraup keuntungan kotor hingga Rp350 juta per bulannya. Bos yang memiliki 12 orang karyawan ini berencana untuk melebarkan usahanya hingga menjadi lebih luas lagi.
Tahun depan, penyuka automotif ini bersiap untuk membangun one stop musik store yang rencananya akan dibangun di ruko empat lantai yang baru dibelinya. Tidak hanya menjual alat musik dan perlengkapannya, di toko yang rencananya di buka Maret 2011 itu, David berencana membuat studio rekaman, studio musik, event orgenizer, servis center, dan pelatihan musik. Dia mengakui, saat ini usaha terbarunya itu sudah berjalan 50 persen, namun David masih harus mencari sumber daya manusia (SDM) yang bisa mengelola dan mudah diajak kerja sama. Pria yang telah memiliki empat rumah ini mengaku tidak mau terburu-buru untuk membangun usaha barunya tersebut, tanpa melupakan target, David lebih berkonsentrasi dengan apa yang sedang dijalaninya saat ini.
Memasuki masa liburan sekolah seperti saat ini, David mengaku, usaha yang dikelolanya tersebut bisa meningkat pendapatannya 20 hingga 40 persen. Bahkan pada libur hari raya Idul Fitri kemarin, pria keturunan Batak tersebut kebanjiran pelanggan hingga dua kali lipat dibanding biasanya. Menurut dia, setelah hari raya banyak pelanggan yang memperoleh THR (tunjangan hari raya), untuk itu kemarin David hanya menutup tokonya pada hari pertama dan kedua Lebaran saja.
Meskipun telah menjadi pengusaha toko musik sukses, pria yang pernah bermain musik di kafe ini tidak melupakan teman seperjuangan saat masih sulit dulu.
David bahkan sempat membiayai beberapa temannya hingga ke perguruan tinggi. Sebagian besar karyawannya adalah sahabatnya sejak dulu. Meskipun begitu, pria yang hobi menggunakan motor gede ini pernah dibohongi dengan seorang kerabatnya sendiri. Bukannya kapok, David namun malah simpatik dengan orang yang telah membawa kabur uangnya tersebut. Dirinya menyayangkan hal tersebut bisa terjadi, pada hal David selalu ingin membantu rekan-rekannya yang kesulitan. Sebelum toko musik yang dikelolanya sukses seperti sekarang, seorang kerabat sempat menawarkan kerja sama bisnis untuk memodalkan toko musik tersebut.
Awalnya David tertarik, karena modal yang ditawarkan cukup besar, yaitu senilai Rp2 miliar, namun setelah bertukar pikiran dan membagi ide pembangunan usaha, keduanya batal menjalin kerja sama karena perbedaan konsep dan ideologi. Menurut David, relasinya tersebut hanya mementingkan pendapatan dan keuntungan tanpa mengutamakan pelayanan kepada konsumen. Sedangkan filosofinya, yaitu konsumen adalah sahabat, sedangkan keuntungan hanyalah sebagai bonus. Penyuka makanan pedas ini mempunyai pelanggan dari kalangan musisi terkenal,di antaranya Radja, Bonky BIP dan sebagian besar artis Republik Cinta Manajemen yang dikelola oleh musisi Ahmad Dhani.
Saat road show (konser keliling), artis-artis Republik Cinta Manajemen biasanya membutuhkan perlengkapan alat musik seperti senar gitar, pickgitar, stick drum,dan hal lainnya, di sanalah David berperan sebagai distributor untuk menyediakan keperluan musisi tersebut dalam bermain musik. Meskipun telah mempunyai dua cabang toko musik,yang jaraknya bersebelahan, pria yang berencana membuat album musik rock ini masih menjual kaset bekas di Toko Musik Dav. Dirinya berikrar tidak pernah melupakan asal mula dagangan yang telah menyukseskannya tersebut.
”Sampai sekarang saya masih menjual kaset bekas, peminatnya juga masih banyak,t api sekarang yang dijual bukan hanya kaset, tapi juga laser disc, kepingan hitam,dan VHS.Semua berawal dari barang bekas ini dan saya akan tetap menjual meskipun hingga tidak ada peminatnya lagi,” kata David sambil berkelakar.
Sumber : http://economy.okezone.com/read/2010/10/31/22/388201/dari-kaset-bekas-david-jadi-bos-alat-musik-beromzet-rp350-juta
luar biasa prinsip pelayanan nya, bisa di bikin contoh tu. sukses terus ya om David
BalasHapus