Lapangan yang terletak di Jalan Sampo inilah salah satu saksi bisu dalam sejarah Arema. Sejarah Arema dimulai dari klub semenjana Armada 86 yang dimiliki Alm. Dirk Sutrisno. Lewat beberapa proses peralihan status yang melibatkan notaris Pramu Haryono akhirnya Arema resmi berdiri pada tanggal 11 Agustus 1987.
Lapangan ini dinamakan sebagai Lapangan Sampo karena letaknya yang berada di jalan Sampo dan dibangun sejak puluhan tahun lampau(sayang saya sendiri tidak berhasil mengorek lebih banyak informasi terkait pembangunan lapangan Sampo ini karena keterbatasan waktu selama di Malang).
Namun, seperti halnya beberapa lapangan sepakbola di wilayah malang, lapangan Sampo tidak berdiri sendiri. Artinya, area lahan tempat lapangan ini dibangun tidak hanya dikhususkan untuk lapangan sepakbola saja, namun juga terdapat sarana lain. Disebelah barat lapangan terdapat 1-2 lapangan voli yang biasa digunakan untuk pelajaran olahraga oleh salah satu SMP Negeri yang terletak di sebelah utara lapangan Sampo.
Dibandingkan masa sekarang tentu saja lapangan sampo jauh dari kata representatif untuk digunakan sebagai sarana latihan. Di sekeliling lapangan ini tidak terdapat ruang ganti tim, bench pemain hingga toilet untuk digunakan sebagai sarana penunjang bagi si pemakai lapangan.
Maklum, mungkin lapangan ini bisa dibilang sebagai tempat latihan bagi klub-klub amatir seperti yang ditunjukkan oleh Armada 86(anggota kompetisi internal Pengcab PSSI Malang) di tahun 80-90an.
Terkadang setiap sore hari lapangan ini digunakan oleh penduduk sekitar yang bermukim di wilayah Kasin dan sekitarnya untuk bermain sepakbola. Keberadaannya sebagai ruang terbuka mirip dengan puluhan lapangan sepakbola lain di wilayah Kota Malang seperti di kawasan Sawojajar, Oro-Oro Dowo, Taman Gayam, dan sebagainya.
Terkait keberadaan dan fasilitas lapangan ini, saya jadi teringat janji walikota Malang, Peni Suparto untuk membangun 5 stadion berstandar internasional. Alih-alih untuk membangun sebanyak itu, 1 buah stadionpun tidak kunjung dibangun meski dana yang sedari awal digunakan untuk klub lokal, Persema tidak jadi digunakan karena aturan penggunaan anggaran dan hibah APBD.
Ada baiknya walikota Malang melirik ke hal yang lebih terkecil yaitu keberadaan puluhan lapangan sepakbola seperti yang terdapat di Jalan Sampo ini. Dibandingkan dengan membangun sebuah stadion tentunya dana yang dibutuhkan untuk merawat dan menambah fasilitas masing-masing lapangan jauh lebih kecil dan bermanfaat.
Banyak sekali bibit-bibit muda pesepakbola Malang terlahir dari lapangan seperti ini dan dimulai dari klub amatir. Generasi baru pesepakbola Malang penerus Aji Santoso, Ahmad Bustomi hingga Dendi Santoso harus dicetak lagi.
salam satu jiwa
BalasHapus