Di Indonesia, selama ini citra yang dibangun oleh beberapa perusahaan multi nasional (multi national corporation) produk shampoo melalui iklan-iklannya yang gencar di media massa, ialah rambut yang ideal itu musti hitam, lurus, lebat, dan hitam berkilau. Khusus untuk rambut perempuan ditambah panjang terurai. Iklan citra rambut ideal semacam itu saya rasa diskriminatif. Bagaimana dengan sebagaian orang Indonesia yang memiliki rambut keriting? Atau rambut saudara-saudara kita di belahan Indonesia Timur yang rata-rata ikal? Mengapa tidak ada iklan shampoo untuk rambut keriting?
Soal sepele di atas pernah saya bincangkan secara kelakar beberapa tahun silam dengan mas Gambar Anom, seorang praktisi periklanan yang pernah bekerja di perusahaan advertising kenamaan Indo Ad. Mas Gambar, demikian saya menyapa, pernah meniti karier sebagai copywriter. Salah satu karyanya yang dulu terkenal adalah tagline ‘lega nafas kembali’ dari iklan sebuah perusahaan obat kenamaan Indonesia. Kepada mas Gambar, saya mengkritisi iklan-iklan produk shampo yang ditayangkan di televisi, radio maupun media massa cetak tentang citra rambut ideal yang hitam, lurus, lebat dan panjang. Saya katakan mengapa tidak ada satupun iklan shampoo itu yang mempromosikan bahwa produknya cocok untuk rambut keriting atau ikal? Soal bagaimana iklan itu bisa meyakinkan konsumen akan keampuhan produknya bagi pemilik rambut keriting dan ikal, adalah seni menjual tersendiri dan kreativitas bagi mereka. Argumentasi saya, ceruk pasar untuk konsumen ini masih terbuka lebar dan belum ada satupun yang menggarapnya.
Menurut hemat saya, salah satu indikator keberhasilan sebuah iklan apapun adalah manakala pesan yang ingin disampaikan tertanam kuat di benak calon konsumen dan bertahan untuk jangka waktu lama. Baik itu disampaikan melalui pesan teks, suara, gambar dan sebagainya. Untuk keperluan itu, sengaja iklan produk tertentu ditayangkan secara rutin bahkan dengan tema berbeda-beda melalui saluran media yang ada.
Terkadang tanpa beriklan dalam jangka waktu lama pun, jika pesan itu sudah tertanam kuat dan bertahan lama di benak orang, maka produk yang dijajakan tetap dicari orang. Di bulan Ramadhan ini, misalnya, sebuah produk biskuit kaleng merk tertentu dicari orang lantaran kekhasan tampilan kemasan klasik yang tidak berubah sejak puluhan tahun silam. Hanya dengan mengingat tampilan warna tertentu dan gambar keluarga bule di mana terpampang seorang ibu dengan ceria menuang minuman di atas meja dan dua anaknya mencicipi kue yang ada pada kemasan kalengnya. Produk biskuit kaleng dengan gambar tersebut dan iklan-iklannya yang massif di masa silam, masih saya ingat sedari kecil dan tertanam kuat di kalbu.
Kembali soal iklan produk shampoo untuk rambut keriting. Apakah memiliki prospek? Jawaban tegas saya iya. Mengingat populasi penduduk Indonesia yang berambut keriting dan ikal banyak jumlahnya. Soal bagaimana memformulasikan produk semacam itu dan mengiklankannya, tentunya orang-orang iklan pastilah tahu, dan kreatif untuk menciptakan citra apapun yang dimauinya. Termasuk membuat citra bahwa produk shampoo yang dibuatnya sangat cocok untuk rambut keriting dan ikal.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus