Tragedi kemanusiaan kembali terungkap di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Seorang bocah bernama Sahrul selama 13 tahun terpaksa menjalani kehidupan dalam sebuah baskom karena mengalami kelumpuhan sejak usia enam bulan. Tragisnya, Sahrul berasal dari keluarga kurang mampu sehingga tidak bisa berobat.
Hingga kini, bocah berusia 14 tahun asal warga Kampung Bantar Muncang RT 01 RW 07 Desa Sekarwangi, Kecamatan Cibadak ini hanya bisa pasrah menerima nasib memilukan itu karena belum mendapatkan bantuan dari pemerintah maupun pihak lainnya.
Awal mula tragedi kemanusiaan ini terjadi pada usia Sahrul sekitar enam bulan. Saat itu, Sahrul diberikan suntikan hepatitis B di puskemas setempat. Entah kenapa, beberapa bulan setelah diimunisasi itu, kondisi Sahrul kian melemas dan tidak normal layaknya anak-anak seusianya. Waktut itu, anak bungsu dari sepuluh bersaudara dari pasangan Kamal, 63 (alm) dan Supinah, 56, ini hanya bisa ngesod dan tidak bisa bicara.
“Sebelum di imunisasi awalnya normal seperti anak-anak lain. Namun, anak saya diimunisasi Hepatitis B waktu itu. Baru pada usia sekitar setahun kondisinya tidak normal dan badannya lemas,” kata ibu kandung Sahrul, Supinah.
Melihat kondisi Sahrul yang tidak normal, Supinah sebetulnya tak tinggal diam. Saat itu, Supinah membawa Sahrul berobat ke puskesmas hingga ke rumah sakit terdekat. Pasca berobat dari dokter, Supinah baru mengetahui anaknya menderita penyakit polio.
“Saya kan tidak punya uang untuk membawa berobat Sahrul lagi. Setelah mengetahui Sahrul polio, saya hanya bisa pasrah menerima kondisinya,” kenang Supinah yang berprofesi sebagai Paraji ini.
Karena badan Sahrul lemas dan tidak mampu duduk, terpaksa Supinah menyimpan anaknya di sebuah baskom sejak usia setahun. Baskom itu untuk menahan badan Sahrul agar bisa duduk. Selama beberapa tahun kondisi itu dijalani Sahrul.
Baru memasuki usia delapan tahun, Sahrul ada perubahan kendati tidak normal seutuhnya. Sahrul sudah jarang di dalam baskom karena sudah bisa ngesod hingga sekarang. Namun, karena tidak bisa bicara hingga sekarang terkadang untuk buang air besar dan kecil Sahrul terpaksa di dalam baskomnya.
“Mau gimana lagi Kang, anak saya sudah begini dari kecil. Paling untuk makan disuapin dan sekarang sudah bisa makan sendiri. Karena tangan kanannya sudah bisa bergerak,” terangnya.
Kesabaran ibu sepuluh anak ini tak hanya mengurus Sahrul selama 14 tahun dalam kondisi memprihatinkan. Anak keempatnya bernama Husen, 33 juga sangat menyedihkan. Husen sudah setahun mengalami kelumpuhan total setelah jatuh dari pohon kelapa setahun silam.
“Mau membawa berobat ke mana? Saya kan tidak punya uang. Jangankan untuk berobat kedua anak saya, untuk makan sehari-hari saja penghasilan saya masih kurang,” keluhnya.
0 komentar:
Posting Komentar