Di Padang PSK Tidak Mangkal, Tetapi Keliling

PADANG - Sudah menjadi rahasia umum jika Taman Melati adalah kawasan prostitusi terselubung di Kota Padang, Sumatera Barat.

Lokasinya terletak di Jalan Diponegoro. Dua lokasi wisata milik pemerintah mengapit jalan tersebut, yakni Museum Adytiawarman dan Taman Budaya Sumatera Barat.

Tak hanya itu, di jalan tersebut juga terdapat bangunan toko eletronik, furniture, agen gas, dan sejumlah tempat karaoke dan pub. Sejak pagi hingga sore, kawasan tersebut ramai dengan aktivitas warga. Namun jika sudah melewati pukul 20.00 WIB, kawasan tersebut akan berganti menjadi tempat transaksi para wanita penghibur dan pria hidung belang.

Pantauan okezone sekira pukul 21.23 WIB, sejumlah taksi selalu bolak-balik dengan kecepatan rendah. Sesekali taksi itu berhenti dan menurunkan beberapa pria. Kawasan ini pada malam hari juga kerap ditrongkrongi anak-anak muda pada yang mengendarai sepeda motor.

Musik dugem kerap terdegar di kawasan itu. Saat melintas, kendaraan yang ditumpangi okezone pun langsung disatroni sejumlah wanita yang mengendarai taksi sambil menawarkan "servis" dengan berbagai cara. "Mau ditemani Bang? Silakan pilih, mau langsung tiga juga boleh," ujar seorang wanita yang berusia sekira 20 tahun dengan nada menggoda.

"Mau check in ya? Murah kok, shortime hanya Rp250 ribu, kalau semalam Rp700 ribu," kata Dewi (nama samaran) seakan tak pantang menyerah untuk menawarkan jasa.

Obrolan pun berlanjut. Di sela-sela perbincangan, Dewi mengaku takut jika saat beraktivitas digaruk oleh Satpol PP atau aparat kepolisian. "Kalau tertangkap saya nanti tak bisa kerja dan cari makan. Makanya kalau sudah ada gelagat razia, saya sudah ancang-ancang untuk kabur," tukas wanita yang berbusana minim ini.

Menurutnya, biaya short time sebesar Rp250 ribu tidak seluruhnya dia nikmati, melainkan harus berbagi dengan petugas di tempat check in, taksi, dan biaya keamanan kepada preman.

"Pokoknya saya harus bisa melayani pelanggan yang datang, kalau tidak pelanggan bisa pindah ke yang lain," kata Dewi.

Bahkan, untuk mencari mangsanya Dewi kerap berkeliling di sekitar lokasi dengan mengendarai taksi. Setiap ada pria yang berada di taman, dia langsung menghampiri seraya membuka taksi dan langsung menawarkan jasa plus-plus.

"Saya harus punya anggaran minimal Rp50 ribu untuk taksi. Tapi kalau dapat pelanggan, sopir taksi saya kasih uang lebih kadang Rp100 ribu. Bahkan kalau tamu banyak saya suka kasih Rp300 ribu. Pokoknya tergantung jumlah tamu," ungkap Dewi.

Meski sering dirazia Satpol PP, kawasan tersebut tidak pernah berhenti dari aktivitas protitusi. Razia yang dilakukan aparat paling hanya membuat tempat ini sepi satu malam saja. Sisanya, geliat seks bebas akan kembali terasa.

"Kalau dulu ceweknya tidak pakai taksi, mereka berdiri di pinggir jalan. Tapi kalau sekarang ceweknya suka dalam taksi dan di dalam satu taksi suka ada empat cewek," ujar AR (28), seorang penjual kopi di Taman Melati.

Umumnya, para pramuria yang mangkal di kawasan ini berusia 19 sampai 25 tahun. "Tapi kebanyakan usia 20 tahun. Kalau mau yang ABG harus lewat germo dan harganya lebih mahal bisa sampai Rp500 ribu sampai Rp2 juta. Mainnya pun di hotel yang bagus," pungkas AR.


Sumber: msn.com