3 November 2010

Kakak-Adik Bertemu Setelah 59 Tahun Berpisah


Warga Korut yang berada dalam bus memberikan salam perpisahan kepada saudara mereka dari Korsel sebelum kembali ke rumah setelah sebuah reuni yang mempertemukan mereka pada 1 November 2010 di Gunung Kumgang, Korut. Mereka telah terpisah sekitar 60 tahun akibat Perang Korea.


Kim Byung-ki baru melihat saudarinya lagi untuk pertama kalinya setelah 59 tahun. Hingga tahun lalu, Kim mengira adiknya perempuannya itu sudah meninggal. Mereka bersatu kembali akhir pekan lalu untuk pertama kalinya sejak Perang Korea memisahkan keluarga mereka.


Kim, saudarinya dan anak Kim mulai menangis begitu mereka bertemu, kata putra Kim, Kim Jong-hwa. Mereka tidak bisa berhenti. Keluarga itu ikut serta dalam reuni keluarga yang dimulai tangga 30 Oktober dan akan berakhir Jumat di Gunung Kumgang, resor gunung bersama kedua Korea di Korea Utara.

Banyak yang menangis dalam reuni itu, yang melibatkan 100 orang dari setiap sisi. Para lansia pria mengenakan jas dan perempuan berpakaian tradisional Korea, mereka duduk di sejumlah meja di sebuah restoran besar. Beberapa duduk, berbicara dan bertukar foto-foto; yang lain tampak bingung saat mereka saling berpegangan tangan dan menatap ke wajah-wajah yang tak terlihat selama enam dekade. Keluarga-keluarga itu terpisah sejak Perang Korea tahun 1950-53.

"Setelah beberapa saat, ayah saya berkata bahwa mereka harus berhenti menangis dan mulai tersenyum, sehingga kenangan dari pertemuan tersebut bisa lebih baik. Dia mengatakan mereka harus berpisah dalam kondisi tersenyum, bukan menangis. Sangat sulit untuk melihat hal itu," kata Kim Jong-hwa sebagaimana dikutip CNN, Selasa (2/11).

"Kami sangat senang bertemu dia dan mengetahui bagaimana dia hidup," kata Kim Jong-hwa tentang bibinya. "Saya merasa lega ketika mendengar bahwa dia telah bekerja sebagai perawat dan kemudian menjadi seorang dokter, yang mungkin berarti dia memiliki kehidupan yang lebih baik ketimbang orang Korea Utara kebanyakan."

"Namun, tetap mengejutkan saat melihatnya dan membayangkan kesulitan yang mungkin telah ia lalui," kata Kim. "Dia mengatakan kepada kami bahwa ketika pertemuan keluarga Korea Utara dan Selatan dimulai, ia marah karena tak seorang pun dari keluarganya yang mencarinya," katanya.

"Itu mengejutkan kami ketika mendengar bahwa ia merasa seperti itu," kata Kim. "Kami melakukan yang terbaik untuk menjelaskan kepadanya, kami berpikir dia telah meninggal selama perang dan bahwa kami telah mencoba untuk mencarinya, setelah kami tahu dia masih di luar sana. Ketika dia pergi, dia bilang dia mengerti, tapi saya bertanya-tanya apa yang benar-benar dia pikirkan dan bagaimana dia sesungguhnya rasakan."

Kim tua tidak melihat adiknya sejak tahun 1951, ketika si adik masih berusia 15 tahun. Kim tua seorang perwira polisi selama perang dan sering berada jauh dari rumah. Ketika ia kembali suatu hari, "Dia (saudrinya) telah pergi. Saya bertanya di mana dia dan ia telah diculik [oleh tentara Korea Utara]. Setelah itu, kami tidak tahu di mana dia," kata Kim.

"Ibu saya hanya menunggu dia kembali. Dia sudah tua. Dia tidak bisa keluar untuk mencarinya. Bahkan jika dia ingin, dia tidak tahu ke mana dia bisa mencarinya," tambah Kim. "Itu merupakan harapan yang samar-samar. Dia bertanya-tanya, apakah hari ini? Apakah besok? Dia hanya menunggu."

Istri Kim, Kwon Bong-sook, membagi kenangannya tentang tahun-tahun traumatik itu: "Semua keluarga itu masih hidup. Tiga generasi tinggal di rumah itu dan orang-orang menunggu dia datang kembali. Namun waktu berlalu, kami tidak mampu berpikir. Ada penembakan, pemboman, para pria masuk tentara. Saya bahkan tidak tahu apakah suami saya masih hidup"

"Hidup keras. Begitulah kami hidup. Kakak dan ayah saya juga hilang. Semuanya diambil dari kami. Kami tidak memiliki makanan. Ada bom. Itu bukan kehidupan yang layak. Kami hanya mencoba untuk bertahan hidup. Setelah itu, kami pikir dia meninggal. Kami tidak pernah membayangkan dia selamat."

Tahun lalu, Kim yang di Korea Selatan mendapat kabar melalui jalur pemerintah bahwa adiknya masih hidup, di Korea Utara. Tidak ada surat, telepon atau pertukaran e-mail yang ada di antara warga negara biasa di seberang perbatasan Korea, sehingga saudara sekandung itu menggantungkan harapan mereka pada reuni yang direstui pemerintah.

Jutaan orang Korea terpisah oleh perang yang berakhir dalam gencatan senjata, tetapi tanpa perjanjian perdamaian formal. Hubungan antara kedua negara, sejak perang itu, berlangung tidak pasti, kadang tengang, kadang relatif tenang.

Sebanyak 80.000 warga Korea Selatan telah mendaftar kepada pemerintah mereka untuk bergabung dalam program reuni tapi 40.000 orang diperkirakan telah meninggal dunia atau putus asa, menurut Kementerian Unifikasi Korsel. Di Korut angkanya tidak diketahui.

Reuni keluarga pertama terjadi setelah pertemuan puncak antara kedua Korea tahun 2000. Sejak itu, 17.100 orang yang mewakili 3.500 keluarga telah dipersatukan kembali pada 17 kesempatan terpisah.


Sumber : http://www.tribun-timur.com/read/artikel/135357/Kakak-Adik_Bertemu_Lagi_Setelah_59_Tahun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar