16 Juni 2012

Dibuat di Indonesia, Tapi Made in Malaysia


Warga di Dusun Pareh, Desa Semunying Jaya, Kecamatan Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, melestarikan budaya kearifan lokal berupa anyaman tikar berbahan pelepah bemban atau semacam daun pandan. Hasil anyaman itu dijual ke Pasar Biawak, Malaysia. Warga Pareh memilih menjual ke Malaysia karena hanya berjarak 15 kilometer dari kampung mereka. Ibukota Kecamatan pun lebih jauh, harus ditempuh dengan empat jam perjalanan menyusuri sungai dengan perahu. Selain lebih dekat, Salbiah (55) yang menekuni keterampilan warisan ibunya ini sejak usia 15 tahun menyatakan harga yang didapat dari Malaysia juga lebih baik. Anyaman tikar ini biasa dijual Rp 150 ribu per unit di Malaysia. Namun untuk bisa masuk ke Malaysia, selalu ada yang meminta pungutan keamanan. Salbiah lalu menjual anyaman itu pada seorang bandar, yang kemudian memberi merek Malaysia pada anyaman itu. “Ya, boleh dikatakan diklaimlah anyaman kita itu sama Malaysia, mau diapakan coba," kata Salbiah.
Anyaman ini pun sebenarnya mulai langka. Selain hanya ditekuni orang tua, bahan baku pun semakin sulit diperoleh. Desi (45), seorang warga lainnya, mengeluhkan sulitnya memperoleh bahan baku pelepah bemban karena lahan tumbuhnya dibabat untuk ekspansi perkebunan kelapa sawit. Desi dan Salbiah merupakan dua di antara 100-an kepala keluarga di kampung Pareh yang hidup rukun menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Namun, meski meski berbahasa Indonesia dengan baik, warga Pareh tak menikmati sajian informasi berita dan hiburan Indonesia. Lokasi kampung mereka yang dekat dengan Malaysia membuat siaran radio dan televisi yang mereka nikmati adalah dari Malaysia. Konsekuensinya, mereka lebih mengetahui berita negeri jiran itu dibanding perkembangan ekonomi-politik negeri sendiri. Kondisi yang terisolir juga membuat kebutuhan bahan pokok mereka lebih banyak diperoleh dari kawasan Malaysia. Gas elpiji, mie instan, gula dan sejenisnya diperoleh dari Malaysia. Sementara saluran listrik dan air bersih belum ada. Untuk keperluan sehari hari menggunakan air sungai di desa tersebut. Untuk transportasi, mereka memakai akses darat dan sungai. Di Dusun Pareh terdapat fasilitas pendidikan yaitu sekolah dasar. Namun jika hujan turun, sekolah pun libur karena lokasinya dekat sungai. Masyarakat sudah berkali–kali mengadu ke Pemerintah Kabupaten Bengkayang untuk memperbaiki situasi ini namun belum terealisasi. Sebenarnya jalan lintas Pos Pemeriksaan Lintas Batas (PPLB) Jagoi Babang dengan Malaysia segera dibangun untuk membuka keterisoiasian. Sebuah akses jalan tembus sudah ada namun kondisi jalan rusak parah, banyak lubang besar. Di sekitar jalan itu sudah tak ada lagi hutan karena sudah habis dibabat, hanya tinggal tunas saja.


sumber

26 komentar:

  1. ktahuan banget ga kreatif + malas2...

    BalasHapus
  2. oh indonesia, sibuk dengan jakartanya.

    BalasHapus
  3. pemerintah kita memang tidak peduli dgn rakyat,tgg aja kerusuhan besar2an nanti kalau kesabaran rakyat sudah memuncak

    BalasHapus
  4. kangen jaman pa harto, prabowo jg bs dtakuti sm negara laen...dukung prabowo ah

    BalasHapus
  5. Semua diborong ma Malaysia.. Sebenernya salah kita juga sich tidak menjaga set kita.. maling ya tinggal lah maling

    BalasHapus
  6. mudahan kedepannya ada pemimpin yang memerintahkan anak buahnya untuk menembak mati diam-diam para koruptor....

    BalasHapus
  7. udah sabar tenang aja bro otak harus dingin, talk less do more, gmna neh caranya bikin pusing malay, gmana kalo kita hack aja situs penting malay sebagai langkah awal hehe...ayo hacker indonesia buktikan haha

    BalasHapus
  8. para pemimpin nye sibuk ngurusin apa yak ????

    BalasHapus
  9. wakil rakyat sibuk ngimpoy n bkin video bokep
    mana mau ngurusin begituan..
    kalo pak harto masih ada,malaysia psti ga brni mcm2

    BalasHapus
  10. Loh kok nyalahin pemerintah? namanya juga bisnis, terserah yang beli dong mau pakai merk dia. Sebagai contoh kerudung tasik, dijual ke Arab, di Arab pakai merk dia apa ada yang protes?...Motor Yamaha, Honda, Suzuki dibuat diIndonesia pakai merk Jepang dijual keluar negri....Apa ada yang protes?????

    BalasHapus
    Balasan
    1. Duh mas/mbak, analoginya kayaknya kurang cocok deh...

      Hapus
    2. hahaha bisa aja nih si agan, artikelnya kemana komennya juga kemana.

      Hapus
  11. Mari saudara-saudaraku sebangsa n setanah air, mari kita lestarikan kebudayaan bangsa Indonesia yg adi luhung. Gak perlu saling menyalahkan sana-sini, kenapa enggak dimulai dari diri kita, contohnya Unggah -ungguh di kalangan anak muda kpd orang tua, etika ketika di jalan, apalagi kebudayaan yg sepi minat. coba klo ada Wayang Kulit, pastinya yg nonton hanya orang tua, yg anak mudanya kemana??? Yang anak mudanya nonton Lady Gaga, Katy Perry, Beyonce, dll.. sedih!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener banget cuy....
      malah anak muda dari kita malah melestarikan budaya barat,,,

      padahal wayang golek,wayang kulit,tari tor tor,dsb,,,adalah warisan budaya kita,
      tapi malah di campakkan...


      biasanya televisi pd zaman soeharto dulu menampilkan banyak keanekaragaman Bangsa Indonesia,
      sekarang,,,
      malah sinetron yg tidak bermutu,,,

      Hapus
  12. budaya luar masuk ke indonesia lebih dapat tempat di hati anak2 muda kita budaya sendiri dipinggirkan dan malah dilupakan lupa asal muasal diri sendiri sebut saja dari seni musik,tari,pagelaran budaya,tradisi rakyat,hingga gaya hidup giliran budaya seni kreatifitas bangsa kita udah diklaim baru deh...semua pada unjuk murka nah lo kemaren kemana aja....

    BalasHapus
  13. Alhamdulillah dikota saya Pekanbaru-Riau tradisi seni melayu selalu dipakai stiap hajatan dan setiap sanggar seni yg ada disana dipenuhi anak2 muda yg ternyata masih mencintai budaya negerinya malah akan menjadikan Riau pusat kebudayaan melayu se-Asia Tenggara sesuai dengan pepatah lama TAK MELAYU HILANG DIBUMI.....

    BalasHapus
  14. Mantabz harganya Rp. 150.000,-. Kalau di Indonesia mana laku segitu... Karena orang kita ga pernah menghargai karya seni sendiri... coba tuh tikar dijual di Indonesia.. mungkin dibilang "Tikar kayak gini aja mahal amit!" Padahal yang buatnya harus punya keahlian khusus.. dan itu hanya ada pada orang tua2 dulu.
    Jadi intinya jangan protes kalau tuh barang jadi "Made In Malaysia" Jangan kan barang seperti yang diatas.. Peniti aja "Made in China" kemana "Made In Indonesia?"

    KORUPTOR ini kale ya MADE IN INDONESIA....

    BalasHapus
  15. HENTIKAN EKSPANSI BISNIS KELAPA SAWIT KARENA MENGORBANKAN TANAMAM-TANAMAN KHAS DAERAH

    BalasHapus
  16. walaupun made in malasya saya tetap satu nusa satu bangsa satu bahasa indonesia

    BalasHapus