11 April 2012

IDI Prihatin Gaya Hidup Dokter Glamor



Bukan rahasia lagi, gaya hidup sebagian dokter di Indonesia identik dengan kemewahan. Hal itu salah satunya ditunjukkan dengan mengendarai mobil mahal saat berdinas. Nah, fenomena tersebut mengundang keprihatinan Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Organisasi profesi itu menghimbau para dokter untuk tidak menunjukkan gaya hidup glamour.

"Harus lebih empati kepada masyarakat," kata Prijo Sidiripatomo, ketua umum IDI. Prijo mengatakan, gejala hidup glamor para dokter bisa dilihat dari kendaraan mereka. Tempat parkir di rumah sakit kini dipenuhi mobil-mobil keren yang pasti mahal harganya. Bahkan beberapa di antara mobil itu ditempeli stiker IDI. Hal itu mengesankan IDI sebagai organisasi orang-orang kaya.

Menurut Prijo, banyak sekali dampak negatif ketika dokter yang membiasakan diri dengan kehidupan mewah atau glamor. Salah satunya adalah mengikis empati mereka kepada masyarakat. Terutama masyarakat miskin. Padahal, profesi dokter harus lengket dengan jiwa empati.

Jika rasa empat tersebut hilang dari jiwa dokter, yang terjadi berikutnya adalah komersialisasi layanan kesehatan. Prijo mengatakan, banyak laporan bahwa tampilan dokter yang mewah juga diikuti biaya layanan medis yang mahal. "Masyarakat miskin takut berobat di dokter yang mobilnya mewah. Apalagi tempat prakteknya mewah pula. Masyarakat takut tidak kuat membayar," ungkap Prijo.

Kehidupan mewah pada dokter ini sudah muncul mulai dari golongan dokter umum. Kondisi ini semakin mencolok bagi untuk dokter-dokter spesialis. Dia menjelaskan, upaya mengikis kebiasaan menunjukkan gaya hidup mewah ini akan diserukan sejak calon dokter duduk di bangku kuliah. Lihat saja, tempat parkir fakultas kedokteran selalu dipenuhi mobil-mobil mewah. "Jika tidak milik dosen, ya mahasiswa," ujar Prijo.

Dia meminta kampus yang menjalankan program fakultas kedokteran ikut mengsosialisasikan gerakan ini. Prijo mengatakan, IDI selalu terbuka untuk menerima masukan. Dia berharap para dokter bisa menjadi pionir untuk menghapus gaya hidup mewah. "Intinya kita harus ikut prihatin," kata dia. 





sumber

12 komentar:

  1. ane belum lama jadi dokter ( baru 12taon ), dari dulu ampe sekarang...ane tetep nyaman dengan berangkat praktek pake motor. Ane emang punya mobil tapi malah kagak efisien.

    jujur aja....sebenarnya itu kembali ke pribadi masing2.

    pertamax cuy !

    BalasHapus
  2. yoa setuju dengan gerakan pak Prijo!

    keduax! hehe..

    BalasHapus
  3. Benar Rasa Empati kepada Sesama

    BalasHapus
  4. ada istilah dokter kaya karena orang sakit,,,

    BalasHapus
  5. bukan siapa siapa13 April 2012 pukul 18.27

    Profesi memang dokter tapi itu hanya kedok saja, kebanyakan hanya jual obat serta memanfaatkan berbagai entertain dari pabrik obat untuk lebih memuaskan gaya hedonnya. Mungkin bagi anda yang tidak tahu menahu tentang masalah ini tapi coba teliti lebih dalam dari sisi pabrik obat dan distributornya maka akan sangat jelas bahwa "para dokter" yang memanfaatkan posisi dan profesi hanya untuk hal duniawi saja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. dengan hormat,

      Kalimat saudara bertendensi penyamarataan / generalisasi profile profesi. Ini sudah masuk dalam kategori pembunuhan karakter profesional dan bisa diancam tuduhan perbuatan tidak menyenangkan.

      Segera saudara dengan sadar dan bijaksana meminta maaf secara terbuka.
      -------------------------------------------------------------------------

      Kami tidak menutup bahwa bila fenomena diatas memang benar adanya namun tidak dalam jumlah MAYORITAS apalagi sampai terbentuk opini SEMUA DOKTER PASTI HARUS MESTI YAKIN berbuat demikian. Apakah Saudara tahu pergulatan hidup dokter di daerah tertinggal ? atau di daerah terpencil ? atau di daerah perbatasan ?

      Nila setitik MEMANG merusak susu sebelanga.......tapi apakah benar tindakan Saudara mengHAKIMI kami di forum seperti ini tanpa ada bukti nyata secara legal ? Apakah Saudara sebegitu berhaknya MENUDUH KAMI SEMUA seperti apa yang Saudara utarakan ?

      Kami sangat terbantukan bila Saudara punya data2 otentik siapa saja oknum yang melakukan hal tersebut dan akan lebih baik lagi bila Saudara punya solusi yang cerdas untuk mengatasi fenomena ini, dan itu bukan dengan cara seperti Saudara sekarang di forum ini.

      Terima kasih.

      Hapus
    2. bukan siapa2@ bener banget ga usa jauh2 contohnya temenku dokter spesialis kandungan,blom lama ini baru balik dari bali dientertain sama pabrik obat
      ya biarpun ga semua dokter kayak gitu

      Hapus
  6. kuliah mahal apalagi kuliah kedokteran makanya berobat ke dokter mahal. yang materialis itu sebetulnya bukan dimulai instansi kesehatannya/kedokterannya tetapi pendidikan di kita sudah mulai materialis. wasalam.

    BalasHapus
  7. yg komen diatas, panjang bgt cuy, gg pegel gtu ngetik nya?hehe
    tpi ane punya 1 solusi alternatif yg mungkin bisa jadi masukan buat Dinas Pendidikan.
    Analisis: jika kita melakukan survey terhadap Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pengajaran medis (Ilmu Kedokteran), maka kita akan mendapatkan fakta bahwa biaya pendidikan di Jurusan Kedokteran itu sangat mahal (mungkin karena Variabel Cost dan Fixed Cost nya lumayan tinggi, ditambah biaya praktikum dan blablabla lainnya) maka dampaknya adalah para mahasiswa yang belajar disana mayoritas adalah masyarakat golongan High-end. Dan tak dapat dipungkiri bahwa "anak org kaya" memang sudah terbiasa dengan hidup mewah dan akan terus terbawa hingga dewasa ( ya iya lah masih SD aja udah pake BB, skul di SMP aja udah pake Mobil) sehingga timbul fenomena bahwa hanya golongan elit saja yang bisa kuliah di Kedokteran.
    Nah oleh karena itu maka Instansi terkait ada baiknya menyelenggarakan Pendidikan Kedokteran dengan cost yang lebih merakyat, sehingga dikemudian hari "calon dokter" tidak hanya dari golongan elit saja. Pemangkasan Total Cost untuk pendidikan sebenarnya bisa saja dilakukan selama tidak melanggar prosedur dan tetap memperhatikan kwalitas pendidikan, banyak qo caranya.ok.
    -pepatah bilang banyak jalan menuju roma, banyak pula lagu ciptaan Bang Haji Roma, dan banyak pula jalan yg bisa ditempuh agar bisa menyelenggarakan pendidikan Kedokteran yang murah namun berkwalitas.
    yg punya usul lagi silahkan tambahkan, jangan cuma komen omong kosong.

    BalasHapus
    Balasan
    1. kesannya seperti kembali ke jaman penjajahan dulu, dimana ada sekolah dokter priboemi dan sekolah dokter untuk kaum penjajah ! wakakakakakakaka......tapi sepertinya analog ini masup akal.

      Jujur....kalo ide ini dijalankan, tetap akan ada dualisme tenaga dokter dimana dokter yang "kaya" cuma ada di kota plus dengan gaya hidupnya dan dokter "kere" yang ada di masyarakat selain kota.

      Kalau yang dibicarakan adalah pemerataan pelayanan medis, maka kebijakan Wajib Kerja Sarjana a.k.a. dokter PTT harus tegas dijalankan dengan tidak pandang bulu. Namun itu juga harus didukung anggaran yang kuat ( sorry...ternyata UUD alias ujung2nya duit ).

      Tapi kalau yang dibicarakan adalah gaya hidup dokter, gua pikir faktor pola pikir materialistis manusianya yang demikian, bukan profesi dokternya. Hal ini serupa bila kejadiannya gaya hidup glamour orang perminyakan......apakah karena kerjanya terkait minyak ? atau sosok seorang PNS gol IIIB dep keu-pajak bergaya hidup glamour karena pekerjaannya ?

      Ini semua kembali ke orangnya.....bukan ke pekerjaan yang disandangnya.

      Hapus
  8. Daripada pejabat, sok kuasa malahan pake uang rakyat. Memuaskan nafsunya dengan uang rakyatdan menambah sengsara dan sakit jiwa raga rakyat. Mendingan dokter ada faedah dan gunanya bagi masyarakat. Duitnys sendiri juga atas usahanya sendiri. Kalo ndak suka dokter sono ke dukun saja.

    BalasHapus
  9. semua berawal dari kebobrokan pemerintah!!! kenapa biaya pendidikan begitu mahal

    BalasHapus