24 Januari 2012

Foto Rakyat Indonesia Ketika Kerja Paksa Zaman Jepang (Romusha)



Sedikit Sejarah Tentang Romusha Praktik Kolonialisme Jepang

DALAM sejarah kolonialisme, Jepang merupakan negara pertama di Asia yang memiliki pandangan dan aksi kolonialisme. Kolonialisme Jepang memang pada akhirnya menjadi kolonialisme yang sangat pendek. Kolonialime Jepang memang belum sebanding jika disandingkan dengan kolonialime bangsa bangsa Eropa atas Asia, Afrika, dan Amerika dalam sejarah abad ke-15 hingga ke-20.

Memang harus diakui, Jepang sempat mengejutkan Eropa, menjelma menjadi kekuatan kapital-militeristik yang membuat repot Eropa dan Amerika. Beroperasinya kolonialisme Jepang disusun oleh Tanaka arsitek perang modern yang juga menjadi perdana menteri Jepang waktu 1927-1929. Pikiran pikiran Tanaka ditungakannya ke dalam Memorandum Tanaka. Memorandum ini berisi rencana Jepang untuk memikul tugas suci untuk memimpin bangsa bangsa Asia Timur. Pandangan ini pada akhirnya mewujud menjadi doktrin dengan nama Hakko I Chiu; dunia dalam satu keluarga dibawah pimpinan Jepang.

Terinsipirasi dari semangat ini, berubahlah Jepang menjadi kekuatan militer yang sangat disegani. Dalam sejarah perang dunia 2, kemampuan militer Jepang dalam sesaat mampu menghancurkan sekutu, dan dalam sekepap menguasai Asia Tenggara dan sebagian pasifik. Dominasi Jepang ini pada akhirnya berakhir dengan tragis, dalam satu hari pada 9 Agustus 1945 pesawat pembom B 29 milik Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di KotaHiroshima dan Nagasaki. Inilah momentum kekalahan Jepang, serta berakhir pulalah dominasinya di Asia timur dan sebagian Pasifik.

Masuknya Jepang ke Indonesia, awalnya disambut gembira oleh para pejuang kemerdekaan waktu itu. Jepang dianggap sebagai saudara, sesama Asia yang membantu mengusir Kolonial Belanda . Namun, sesaat setelah Jepang mendarat di Hindia Belanda (Indonesia-saat ini), ternyata Jepang berbuat yang tak kalah licik dan bengisnya. Jepang berupaya menghapus pengaruh kultural barat yang telah hinggap di Hindi Belanda, dan yang kedua Jepang mengeruk sumber sumber kekayaan alam startegi yang ada di tanah air kita. Pasokan sumber sumber ala mini digunakan untuk membiayai perang Jepang dengan Sekutu di Asia Timur dan Pasifik.

Luasnya daerh pendudukan Jepang membuat Jepang memerlukan tenaga kerja yang begitu besar. Tenaga kerja ini dibutuhkan untuk membangun kubu pertahanan, lapangan udara darurat, gudang bawah tanah, jalan raya dan jembatan. Tenaga tenaga kerja ini diambilkan dari penduduk Jawa yang cukup padat. Para tenaga kerja ini dipaksa yang popular di sebut denga Romusa. Jejaring tentara Jepang untuk menjalankan romusha hingga ke desa desa. Dalam catatan buku ini, setidaknya ada 300.000 tenaga romusha yang dikirim ke berbagai negara di Asia Tenggara, 70.000 orang diantaranya dalam kondisi menyedihkan da berakhir dengan kematian.

Para romusa juga melibatkan kaum perempuan. Mereka dibujuk rayu di iming iming mendapatkan pekerjaan, namun mereka di bawa ke kamp kamp tertutup untuk dijadikan wanita penghibur (Jugun Ianfu).

Romusa juga melibatkan tokoth tokoh pergerakan waktu itu. Mereka dipaksa oleh Jepang untuk menjadi tenaga tenaga paksa tersebut. Diantara para romusa yang berasal dari tokoh pergerakan adalah Soekarno dan Otto Iskandardinata. Mereka berdua dipaksan tentara pendudukan Jepang untuk membuat lapangan udara darurat.

Jepang melakukan rekruitmen calon calon romusa, pola tingkatan, serta alokasi tenaga kerja paksa ini. Basis paparannya melihat praktik romusa dan proyek proyeknya di Gunung Madur dan sekitar Banten. Namun pada saat yang sama, Jepang berhasil memanipulasi keberadaan romusa ini ke dunia internasional. Untuk menyamarkan keberadaan romusa, Jepang memperhasul istilah romusa dengan “pekerja ekonomi” atau pahlawan pekerja.

Pada pertengahan tahun 1943, para romusa semakin di eksploitasi oleh Jepang. Karena kekalahan Jepang pada Perang Pasifik, Romusa romusa ini digunakan sebagai tenaga swasembada untuk mendukung perang secara langsung. Karena disetiap angkatan perang Jepang membutuhkan tenaga tenaga kerja paksa ini untuk mengefisiensikan biaya perang Jepang. Pada situasi seperti ini, permintaan terhadap romusa semakin tak terkendali.

Jika kita melihat angka tahunnya, proyek romusa di Indonesia berjalan dalam tempo dua tahun. Bukanlah waktu yang pendek untuk menghasilkan penderitaan dan kematian sebagaimana yang terungkap dalam data diatas. Barulah pada tahun 1945, Hindia Belanda merdeka menjadi Indonesia, serta mengakhiri proyek dan impian kolonialisasi Jepang.

Romusha adalah panggilan bagi orang Indonesia yang dipekerjakan secara paksa pada masa penjajahan Jepang di indonesia dari tahun 1942 hingga 1945. Kebanyakan romusha adalah petani, dan sejak Oktober 1943 pihak Jepang mewajibkan para petani menjadi romusha. Jumlah orang-orang yang menjadi romusha tidak diketahui pasti-perkiraan yang ada bervariasi dari 4-10 juta.

Inilah Foto-Foto Rakyat Indonesia Ketika Kerja Paksa Jaman Penjajahan























Foto ini adalah foto penemuan tulang-tulang manusia akibat kekerasan dan kekejian kerja paksa Romusha yang ditemukan di jalan baru menuju Bandara SSK II, Kecamatan Marpoyan Damai

Betapa sedihnya kita melihat orang Indonesia pada jaman penjajahan harus kerja paksa seperti itu
ada yang sampai kurus kering , ada yang sudah tua masih aja di paksa untuk bekerja , bahkan ibu yang sedang hamil pun juga dipaksa untuk berkerja .

Bersyukurlah kita yang hidup sekarang ini , sudah bebas dari masa-masa penjajahan .
Dan jangan lupa hormati jasa-jasa para pahlawan kita yang sudah membebaskan kita dari masa penjajahan dan berjuang untuk kemerdekaan negara kita 

sumber 

19 komentar:

  1. sekarang indonesia sudah merdeka kan
    i love indonesia

    BalasHapus
  2. merdeka dari penjajah luar tp penjajah dari dalam negeri jauh lebih biadab!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

    BalasHapus
  3. anonim atas gue:pake otak dong...masak jauh lebih biadab...mau lo jadi romusha..syukurlah kamu lahir diera kemerdekaan..

    BalasHapus
  4. skrg mmg gak disiksa spt romusha...tp ttp aja msh di jajah,kekayaan kita di kuras asing kita cuma dikasih merdeka bernapas,dan pake baju...

    BalasHapus
  5. Rebonding Jembhoet22 Maret 2012 pukul 14.20

    memang pantas dihajar dengan nuklir untuk menghentikan kebiadaban penjajahan mereka! upsss....

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau di hajar dengan Nuklir,di dalam Dunia/Bumi ini bisa meledakkan langit ke Tujuh dari lapisan luar bumi paling dalam,kalau lapisan itu tidak pecah maka bumi in tidak akan ada yang nama nya Kehancuran TAU!!!!!!!!!!!!!!,maka nya kalau mau coment itu di pikir dulu!

      Hapus
  6. musti banyak bersyukur kita lahir setelah merdeka,,,

    BalasHapus
  7. Hargai jasa para pahlawan yang gugur . .

    BalasHapus
  8. saat Romusha memang seperti itu, bener2 biadab. masih untung saat penjajahan Belanda, hanya pakaian doang yang terbatas, tapi soal makanan gak terlalu masalah.

    kalo masa sekarang ini, gimana ya? makan sih bisa, sandang juga ada, tapi kok rasanya tetap belum merdeka yah.

    BalasHapus
  9. indonesia adalah negri yang menyimpan milliaran bahkan lebih kisah-kisah misteri dan kisah perjuangan tentang negriku indonesia

    BalasHapus
  10. jangan sampai terulang lagi masa mengerikan itu,,,, kita harus bersatu untuk tidak dijajah bangsa lain,,,, smangat ,,,,, salam merdeka,,,, wasalam

    BalasHapus
  11. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati pahlawannya. Romusha adalah rakyat yang ditindas bangsa penjajah. Majulah Indonesiaku

    BalasHapus
  12. Kalau kita sudah ''MERDEKA'' kenapa masih ada Korupsi,Perlakuan seks bebas,Minuman keras,Narkoba,DLL,kalau gini cara nya kapan Indonesia mau ''MERDEKA''.............!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

    BalasHapus
  13. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  14. ya tuhan...lindungilah negara kami yang msh pnh dgn keserakahan ini untuk lebih bersyukur...dan hal tsb tdk terulang lagi...

    BalasHapus
  15. semOGA MEREKA SEMUA DIBERI BALASAN SESUAI DENGAN AMAL KEBAIKANNYA.

    BalasHapus
  16. Untuk itulah sangat penting untuk menghormati jasa para pejuang

    BalasHapus
  17. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus