Dibandingkan planet lain dalam tata surya, Bumi adalah planet yang tenang. Namun ahli geologi menyebutkan setiap 100 ribu tahun terjadi letusan super yang menghancurkan kehidupan di planet biru ini.
Peneliti dari Oregon State University (OSU), Minneapolis, mengungkapkan rahasia di balik bencana periodik tersebut. Mereka membangun model yang mensimulasikan proses-proses fisika di sekitar dapur magma dengan memasukkan faktor temperatur dan konfigurasi geometri.
Model tersebut memperlihatkan pembentukan batuan elastis di sekeliling dapur magma, berlaku sebagai penyimpan tekanan selama puluhan ribu tahun. Akumulasi tekanan membuat bagian atas dapur magma terangkat ke atas, meretakkan permukaan Bumi di atasnya dan meruntuhkan kaldera.
"Proses sebelum ledakan seperti memanggang roti, lapisan atas retak saat adonan mengembang," ujar Patricia Gregg, peneliti dari OSU.
Pada gunung-gunung besar, retakan ini menjalar sangat dalam hingga mencapai dapur magma. Akibatnya, energi yang tersimpan sejak lama terlepas dalam waktu singkat dan menghasilkan letusan besar.
"Retakan ini membuat bagian atas dapur magma goyah lalu terangkat ke atas seiring letusan," tambah dia.
Letusan besar seperti ini pernah terjadi di utara Pulau Sumatera sekitar 75 ribu tahun lalu. Letusan gunung purba ini hampir membuat populasi manusia berada di ambang kepunahan. Sisa letusan menyisakan kawasan yang kini dikenal sebagai Danau Toba.
Saat ini, ancaman letusan gunung super beralih ke Amerika Serikat. Di negara tersebut, terdapat Taman Nasional Yellowstone yang menyimpan dapur magma berukuran besar. Diperkirakan letusan besar berikutnya akan terjadi di daerah ini. Namun ledakan ini tak akan terjadi dalam waktu dekat.
"Letusan gunung super berada pada peringkat kedua penyebab kehancuran besar di planet Bumi, hanya kalah dari peristiwa tabrakan asteroid," kata Gregg.
Model tersebut memperlihatkan pembentukan batuan elastis di sekeliling dapur magma, berlaku sebagai penyimpan tekanan selama puluhan ribu tahun. Akumulasi tekanan membuat bagian atas dapur magma terangkat ke atas, meretakkan permukaan Bumi di atasnya dan meruntuhkan kaldera.
"Proses sebelum ledakan seperti memanggang roti, lapisan atas retak saat adonan mengembang," ujar Patricia Gregg, peneliti dari OSU.
Pada gunung-gunung besar, retakan ini menjalar sangat dalam hingga mencapai dapur magma. Akibatnya, energi yang tersimpan sejak lama terlepas dalam waktu singkat dan menghasilkan letusan besar.
"Retakan ini membuat bagian atas dapur magma goyah lalu terangkat ke atas seiring letusan," tambah dia.
Letusan besar seperti ini pernah terjadi di utara Pulau Sumatera sekitar 75 ribu tahun lalu. Letusan gunung purba ini hampir membuat populasi manusia berada di ambang kepunahan. Sisa letusan menyisakan kawasan yang kini dikenal sebagai Danau Toba.
Saat ini, ancaman letusan gunung super beralih ke Amerika Serikat. Di negara tersebut, terdapat Taman Nasional Yellowstone yang menyimpan dapur magma berukuran besar. Diperkirakan letusan besar berikutnya akan terjadi di daerah ini. Namun ledakan ini tak akan terjadi dalam waktu dekat.
"Letusan gunung super berada pada peringkat kedua penyebab kehancuran besar di planet Bumi, hanya kalah dari peristiwa tabrakan asteroid," kata Gregg.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar