18 September 2011

Inilah Curhat Pemain Timnas Kepada Sang Kapten


Headline

Kapten timnas Indonesia, Bambang Pamungkas, menceritakan sebagian kisah kondisi timnas pascalaga Bahrain pekan lalu, yang berakhir dengan kekalahan 0-2.
Usai laga, pelatih Wim Risjbergen mengadakan jumpa pers bersama sang kapten. Namun Bambang datang agak terlambat, sesudah pelatih berbicara. Ucapan pelatih pada saat Bepe, julukan Bambang Pamungkas, belum tiba itulah yang akhirnya menjadi kontroversi. Berikut dikisahkan sang bomber dalam situs resmi pribadinya,BambangPamungkas20.com.
Dalam perjalanan pulang dari stadion menuju hotel, tiba-tiba salah satu rekan pemain yang boleh dikatakan lumayan senior menghampiri saya dan duduk tepat di sebelah saya. Ketika itu pemain tersebut berkata:
Rekan:Bro,gimana nih? Masak pelatih komentar kayak gini ke media,” kata dia sambil memperlihatkan sebuah link berita di Twitter. Dalam berita tersebut kurang lebih tertulis komentar pelatih tim nasional yang berbunyi: "Ini bukan tim saya, pemain-pemain tersebut bukan pilihan saya, mereka tidak layak bermain di level internasional.”
Saya: “Ah ngawur itu Bro, perasaan gue tadi dia ngga ngomong gitu di konferensi pers, kan gue ada di sana.”
Rekan:“Tapi masak iya wartawan nulis gini tanpa ada komentar dari yang bersangkutan Bro. Kalau begini caranya pelatih nyalahin pemain dong? Kalau dia masih menjadi pelatih gue mendingan ngga usah dipanggil lagi lah.”
Seketika saya menatap rekan saya tersebut dengan seksama dan berkata: "Dengan alasan apa lo ngga mau main buat tim nasional lagi Bro..??"
Rekan:“Gue ngga bisa kerja sama dengan pelatih ini Bro. Habis mandi lo temenin gue ketemu dia ya, tolong terjemahin kalo gue minta ngga dipanggil saat lawan Qatar.”
Dengan nada yang sedikit lebih tinggi saya berbicara kepada rekan saya tersebut. “Bro, kalo lo mau ketemu pelatih untuk diskusi mengenai pertandingan tadi, gue akan temenin. Tetapi, kalo lo mau ketemu dia hanya untuk mengatakan bahwa lo mau mengundurkan diri, sorry Brogue ngga bisa nemenin lo, karena untuk yang satu ini gue ngga setuju dengan jalan pikiran lo.”
Rekan:“Tapi, apakah pantes seorang pelatih ngomong gitu Broke media? Artinya main aman sendiri lah dia.”
Saya:“Gue ngerti, dan untuk itu gue setuju ama lo. Tetapi reaksi lo dalam menanggapi masalah ini dengan mengundurkan diri tidak juga dapat dikatakan benar Bro. Bukan itu yang seharusnya kita lakukan.”
Rekan:“Ngga lah Bro, gue tetap ngga terima dengan pernyataan dia. Kalo lo ngga mau nemenin, ya sudah gue jalan sendiri.”
Saya:“Itu hak lo Bro, gue ngga bisa larang. Tapi lo harus inget, kita ini adalah contoh bagi generasi di bawah kita Bro, kalau semua pemain berpikiran seperti apa yg ada di kepala lo sekarang ini, siapa lagi pemain yang akan jatuh bangun main buat tim nasional Bro? Generasi di bawah kita juga akan berpikir kalo main di timnas itu bisa ke luar masuk sesukanya sendiri, dan itu salah besar Bro.”
Rekan:“Bukankah dia juga udah bilang kalau sebagian besar pemain bakal diganti?”
Saya:“Gue tahu itu. Bagi gue dicoret atau tidak dipanggil timnas jauh lebih terhormat dari pada kita menolak pemanggilan atau sengaja tidak datang Bro. Kita tidak pernah tahu siapa-siapa yang akan dipanggil atau dicoret. Akan tetapi sekali lagi kita tidak berhak mengatakan jika kita tidak akan datang jika memang nantinya tenaga kita masih diperlukan Bro, apapun alasannya.”
Rekan:“Gue tau Bro, tapi gue sangat kecewa dengan keadaan ini.”
Saya:“Gue rasa ngga cuma lo yang kecewa Bro. Hampir semua pemain pasti kecewa kalo memang pelatih kepala menyampaikan hal seperti yang ditulis media tadi. Lebih baik lo tenangin diri dulu lah, istirahat dulu sama keluarga, minggu depan kita bahas lagi, OK?”
Rekan:“OK, Bro!”

3 komentar:

  1. si wim... parah, suruh baliklah kenegara penjajah....
    ternyata orang yng kita harapin rubah sepak bole negeri ini "agung Panigoro", mengecawakan bro.....

    BalasHapus
  2. wim hrus plang ke negaranya....

    aq lebih setuju kalau yang latih Timnas tugh ALFRED RIDHLE.......

    BalasHapus
  3. di jajah lagi kita sama meneerr belande... :(

    BalasHapus