4 Agustus 2011

nilah Orang yang Menemukan Angka Nol

d7635  khawarizmi Inilah Orang Yang Menemukan Angka Nol
Dunia Barat boleh mengklaim bahwa mereka adalah kawasan sumber ilmu pengetahuan. Namun sejatinya, yang menjadi Gudang Ilmu Pengetahuan adalah kawasan Timur Tengah (kawasan Arab maksudnya, bukan Jawa Timur-Jawa Tengah). Mesopotamia, peradaban tertua dunia ada di kawasan ini juga.Masyarakat dunia sangat mengenal Leonardo Fibonacci sebagai ahli matematika aljabar. Namun, dibalik kedigdayaan Leonardo Fibonacci sebagai ahli matematika aljabar ternyata hasil pemikirannya sangat dipengaruhi oleh ilmuwan Muslim bernama Muhammad bin Musa Al Khawarizmi. Dia adalah seorang tokoh yang dilahirkan di Khiva (Iraq) pada tahun 780. Jika kaum terpelajar lebih mengenal para ahli matematika Eropa, maka kaum biasa juga mengenal ilmuwan Muslim yang menjadi rujukan para ahli matematika tersebut.

Selain ahli dalam matematika al-Khawarizmi, yang kemudian menetap di Qutrubulli (sebalah barat Bagdad), juga seorang ahli geografi, sejarah dan juga musik. Karya-karyanya dalam bidang matematika dimaktub dalam Kitabul Jama wat Tafriq dan Hisab al-Jabar wal Muqabla. Inilah yang menjadi rujukan para ilmuwan Eropa termasuk Leonardo Fibonacce serta Jacob Florence.

Muhammad bin Musa Al Khawarizmi inilah yang menemukan angka 0 (nol) yang hingga kini dipergunakan. Apa jadinya coba jika angka 0 (nol) tidak ditemukan coba? Selain itu, dia juga berjasa dalam ilmu ukur sudut melalui fungsi sinus dan tanget, persamaan linear dan kuadrat serta kalkulasi integrasi (kalkulus integral). Tabel ukur sudutnya (Tabel Sinus dan Tangent) adalah yang menjadi rujukan tabel ukur sudut saat ini.

al-Khawarizmi juga seorang ahli ilmu bumi. Karyanya Kitab Surat Al Ard menggambarkan secara detail bagian-bagian bumi. CA Nallino, penterjemah karya al-Khawarizmi ke dalam bahasa Latin, menegaskan bahwa tak ada seorang Eropa pun yang dapat menghasilkan karya seperti al-Khawarizmi ini.


sumber

7 komentar:

  1. utk komentar di atas..
    hah, bangga jadi orang islam?!!
    apa hubungannya???

    BalasHapus
  2. http://indonesia.faithfreedom.org/forum/angka-nol-dan-angka-modern-penemuan-islam-atau-india-t35499/Tahukah anda bahwa penemu sistem numerik modern (desimal)
    adalah seorang matematikawan dari India?


    Zero = 0 = Empty = Kosong (Nol)

    Memang, kata dalam Bahasa Inggris 'zero' (nol) berasal dari bahasa Arab
    'sifr', suatu terjemahan literal dari bahasa Sanskrit "shûnya" yang
    bermakna "kosong".

    Runtutan keterkaitan bahasa dari masa ke masa:
    shûnya (Sanskrit) >- ० (Ancient Egypt/Babylonia) >- .....
    (Greek/Helenic) >- .... (Rome/Byzantium) - sifr (Arab) >- zero (English) >-
    nol; kosong (Indonesia)

    Wikipedia

    The word "zero" comes ultimately from the Arabic "sifr", or "empty," a
    literal translation of the Sanskrit "shûnya".
    With its new use for the concept of zero, zephyr came to mean a
    light breeze - "an almost nothing" (Ifrah 2000; see References). The
    word zephyr survives with this meaning in English today. The
    Italian mathematician Fibonacci (c.1170-1250), who grew up in Arab
    North Africa and is credited with introducing the Arabic decimal system to
    Europe.

    Around the same time, the Arab mathematician al-Khwarizmi described
    the "Hindu number" system with positional notation and a zero symbol
    in his book Kitab al-jabr wa'l muqabalah.


    Nol asalnya dari India

    "shûnya" bukan cuma sebuah istilah, tapi juga konsep. Ditemukan pertama
    kali oleh matematikawan India pada 400 SM. Istilah itu tak sekadar notasi.
    tetapi konsep zero.

    Pada abad 7 Masehi, Brahmagupta dari India menerbitkan aturan aritmatika
    yang menggunakan konsep 0 dan negatif, salah satunya melahirkan pernyataan
    0/0 = 0:

    "The sum of zero and a negative number is negative, the sum of a
    positive number and zero is positive, the sum of zero and zero is zero."

    Konsep pertama 'zero' sudah dipakai pada tahun 876 M di India yang
    menunjukkan 50 & 270, keduanya ditulis dengan Zero:


    Pada 830 Masehi, Mahavira di India menuliskan:
    "... a number multiplied by zero is zero, and a number remains the
    same when zero is subtracted from it."

    Selanjutnya:

    "The brilliant work of the Indian mathematicians was transmitted to
    the Islamic and Arabic mathematicians further west. It came at an
    early stage for al-Khwarizmi wrote Al'Khwarizmi on the Hindu Art of
    Reckoning which describes the Indian place-value system of numerals
    based on 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, and 0."

    Apakah India satu-satunya kebudayaan yang sudah mengenal Zero?

    Tidak. Babylonia sudah mengenal konsep zero namun belum menuliskan

    BalasHapus
  3. secara tegas. Mereka menggunakan zero sebagai simbol nihil, bukan
    sebegai angka. Namun bangsa Maya sudah menggunakan konsep zero dalam
    perhitungannya. Namun sistem-sistem numerik yang digunakan bukan
    berdasarkan desimal -yang umum kita gunakan saat ini


    Memang, di masa lalu banyak orang Eropa melakukan riset di berbagai
    negeri kekuasaan kekhalifahan Islam dan menerjemahkan buku-buku berbahasa
    Arab saat berjayanya Islam. Sedangkan alur sejarah yang jarang disinggung
    oleh
    dunia Islam ketika berbicara soal pengaruh sains Arab terhadap Eropa
    adalah jasa-jasa orang Kristen Orthodox pada zaman dinasti Abbasiyah.
    Mereka melakukan satu tugas yang amat bernilai dalam mengalihkan dan
    menerjemahkan budaya Helenisme kepada kaum muslim - dari bahasa Yunani
    & Siria ke dalam bahasa Arab. Sebuah warisan yang kemudian 'dikembalikan'
    ke kekristenan Arab melalui Spanyol (Anton Wessels, hal 189). Mereka
    ini adalah para rohaniawan Nestorian & Yakobit yang memproduksi aneka
    karya di bidang sejarah, astronomi, sains dan obat-obatan. Para rohaniawan
    sendiri dilengkapi dengan ilmu sastra


    Jasa al-Khwārizmī

    Abū ʿAbdallāh Muḥammad ibn Mūsā al-Khwārizmī sendiri adalah matematikawan Persia
    yang telah banyak mempelajari sistem numerik di dunia, termasuk sistem numerik india
    Dialah yang telah berjasa mengenalkan sistem numerik tersebut kepada dunia barat, sekaligus
    mengkonversikannya ke dalam simbol yang jauh lebih mudah diingat.
    Sistem numerik dengan simbol2 baru tersebut dikenal dengan Arabic Numeral System

    Satu lagi jasa al-Khwārizmī, dialah yang mengenalkan salah satu sistem perhitungan menggunakan
    numerik arab yang kini kita kenal dengan nama Aljabar. Aljabar sendiri banyak dipengaruhi oleh
    perhitungan Algebra dan Aritmatika yang dipelopori Diophantus, matematikawan dari Alexandria.

    Sayanganya banyak orang Arab pernah mengklaim bahwa angka nol adalah hasil temuan
    ilmuwan mereka dan menjadikannya sumber untuk propaganda mereka dan
    sebagian orang di berbagai sudut bumi percaya dan menelan mentah-mentah begitu saja.

    BalasHapus
  4. Tahukah anda bahwa penemu sistem numerik modern (desimal)
    adalah seorang matematikawan dari India?


    Zero = 0 = Empty = Kosong (Nol)

    Memang, kata dalam Bahasa Inggris 'zero' (nol) berasal dari bahasa Arab
    'sifr', suatu terjemahan literal dari bahasa Sanskrit "shûnya" yang
    bermakna "kosong".

    Runtutan keterkaitan bahasa dari masa ke masa:
    shûnya (Sanskrit) >- ० (Ancient Egypt/Babylonia) >- .....
    (Greek/Helenic) >- .... (Rome/Byzantium) - sifr (Arab) >- zero (English) >-
    nol; kosong (Indonesia)

    Wikipedia

    The word "zero" comes ultimately from the Arabic "sifr", or "empty," a
    literal translation of the Sanskrit "shûnya".
    With its new use for the concept of zero, zephyr came to mean a
    light breeze - "an almost nothing" (Ifrah 2000; see References). The
    word zephyr survives with this meaning in English today. The
    Italian mathematician Fibonacci (c.1170-1250), who grew up in Arab
    North Africa and is credited with introducing the Arabic decimal system to
    Europe.

    Around the same time, the Arab mathematician al-Khwarizmi described
    the "Hindu number" system with positional notation and a zero symbol
    in his book Kitab al-jabr wa'l muqabalah.


    Nol asalnya dari India

    "shûnya" bukan cuma sebuah istilah, tapi juga konsep. Ditemukan pertama
    kali oleh matematikawan India pada 400 SM. Istilah itu tak sekadar notasi.
    tetapi konsep zero.

    Pada abad 7 Masehi, Brahmagupta dari India menerbitkan aturan aritmatika
    yang menggunakan konsep 0 dan negatif, salah satunya melahirkan pernyataan
    0/0 = 0:

    "The sum of zero and a negative number is negative, the sum of a
    positive number and zero is positive, the sum of zero and zero is zero."

    Konsep pertama 'zero' sudah dipakai pada tahun 876 M di India yang
    menunjukkan 50 & 270, keduanya ditulis dengan Zero:


    Pada 830 Masehi, Mahavira di India menuliskan:
    "... a number multiplied by zero is zero, and a number remains the
    same when zero is subtracted from it."

    Selanjutnya:

    "The brilliant work of the Indian mathematicians was transmitted to
    the Islamic and Arabic mathematicians further west. It came at an
    early stage for al-Khwarizmi wrote Al'Khwarizmi on the Hindu Art of
    Reckoning which describes the Indian place-value system of numerals
    based on 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, and 0."

    BalasHapus
  5. 1.http://indonesia.faithfreedom.org/forum/angka-nol-dan-angka-modern-penemuan-islam-atau-india-t35499/
    2.http://archive.kaskus.us/thread/3532838

    BalasHapus
  6. untuk anonym no4:notebokk aja kan??
    justru orang-orang Barat yg banyak belajar dari cendekiawan muslim,bukan ilmuwan muslim.
    cendekiawan berarti orang yg cerdas,tetapi juga mencerdaskan,serta peduli dengan kemaslahatan umat,sedangkan ilmuwan adalah orang yg ahli di bidang tertentu saja,dan keahliannya tidak digunakan untuk orang banyak,seperti kerusakan moral,kebekuan berpiir,dll.
    masih banyak cendekiawan muslim yg buah karyanya diterjemahkan oleh ahli2 barat ke dalam berbagai bahasa,dan mereka mempelajarinya,Al-Khawarizmi hanya satu dari sekian banyak cendekiawan muslim yg jarang dikenal oleh semua orang(mungkin termasuk umat muslim sndiri)
    tatapi karya mahabesarnya sebagai bukti bahwa mreka benar2 orang yg Cendekiadan pernah ada,
    justru orang barat yg banya belajar dari para cendekiawan itu

    BalasHapus