2 Oktober 2010

Pengayuh Becak Lulusan S1 Dengan IPK 3,01(Tertinggi Sekampus)



Sehari-hari Wawan Kurniawan (28) hanyalah seorang pengayuh becak. Namun siapa sangka pria yang biasa mangkal di depan kantor pos Purworejo itu adalah seorang mahasiswa berprestasi. Sabtu (8/11), dia diwisuda dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,01. Berikut laporannya.

Meski profesinya hanya tukang becak dengan pendapatan pas-pasan dan bahkan sehari-hari penghasilannya sering tidak bisa dipastikan, Wawan Kurniawan tetap punya prinsip dan slogan dalam hidupnya. ’’Optimistis dan jangan pernah menyerah tanpa usaha,’’ tandas warga RT 3 RW 8, Baledono Krajan, Purworejo itu.

Ya, dengan semangat itulah, dia berhasil meraih cita-citanya menjadi mahasiswa yang berprestasi. Menurut dia, pengayuh becak hanyalah profesi. Dan, dia mengaku tidak malu menyandang profesi itu. Apalagi sejak kelas satu SMA dia memang sudah mengayuh becak.

Setiap hari, pukul 05.00-pukul 17.00, pria yang lahir di Purworejo 24 Desember 1980 itu mangkal di depan kantor pos Purworejo. Sabtu (8/11), mahasiswa Fakultas Teknik Sipil di Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMP) ini diwisuda dengan IPK 3,01. IPK tersebut tertinggi di fakultasnya.

Kemarin, dia sibuk mengurus ijazahnya karena akan digunakan untuk mendaftar CPNS di Pemkab Purworejo. Meski ada keinginan menjadi pegawai negeri, dia tetap masih punya niat melanjutkan kuliah di UGM Yogyakarta.
Bagaimana dengan becaknya? ’’Ya, itu tetap akan saya pertahankan. Saya akan jadi pengayuh becak di Yogya,’’ katanya.

Bagi dia, becak yang dipakai saat ini punya nilai sejarah tersendiri. Becak itu semula adalah milik kakaknya. Namun becak itu kemudian menganggur karena kakaknya masuk pesantren. Sejak tahun 1997, becak dia pakai untuk mencari nafkah. Tempat mangkal favorit adalah di depan kantor pos Purworejo.

Dia mengungkapkan, penghasilan sebagai tukang becak ada pasang surutnya. Terkadang dalam sehari dia tidak mendapat uang sama sekali. Akan tetapi menjelang Lebaran lalu, Wawan pernah mendapat uang Rp 100 ribu/hari.
Hasil jerih payahnya itu, sebagian dimanfaatkan untuk membayar uang kuliah, meski dia sadar seringkali penghasilannya masih kurang untuk biaya di perguruan tinggi. Seingat dia, pada tahun pertama membayar Rp 2 juta. Selanjutnya untuk biaya per semester Rp 750 ribu. ’’Ya, kalau kurang, saya pinjam teman,’’ tuturnya.

Giat Belajar
Untuk bisa belajar sambil bekerja, dia berusaha membagi waktu. Bila ada jam kuliah, dia berusaha masuk. Setelah itu kembali ke pangkalan becak. Kapan belajar? Menurut Wawan, belajar biasa dilakukan pada malam hari. Dia juga biasa membawa buku-buku kuliah di laci becak. Bila sedang tidak ada penumpang, dia memanfaatkannya untuk belajar. ’’Dulu pas ramai judi togel saya pernah dikira sedang meramal nomor. Padahal sedang belajar,’’ ujarnya.
Selama menjadi tukang becak, kata dia, tentu ada suka dan dukanya. Dia sering mengantar teman sekampus atau dosen, namun Wawan mengaku tidak malu melakukannya.

Dia juga pernah diberi uang Rp 170 ribu dari seorang warga Ngombol, Purworejo yang kini di Jakarta. Mulanya orang yang mengaku pensiunan polisi itu minta diantar dari Hotel Bagelen ke masjid di alun-alun. Ketika penumpang bertanya status dan pendidikan, dia jawab masih kuliah di UMP.

Mungkin karena merasa kasihan, penumpang menyodorkan uang Rp 20 ribu. Keesokan harinya, dia ngobrol lagi dengan penumpang itu. Wawan pun diberi uang Rp 50 ribu untuk biaya kuliah. Beberapa saat setelah itu, orang yang sama menyempatkan datang ke rumahnya dan memberikan uang Rp 100 ribu.

Tentang dukanya, menurut Wawan, dirinya pernah diminta mengantar seorang wanita ke Pasar Baledono, Purworejo. Sesampai di tempat tujuan, penumpang itu turun dan dia diminta menunggu. ’’Eh ternyata tidak nongol lagi,’’ ungkap anak ke-4 pasangan Ambari dan Chamidah itu.

Meski lahir dari keluarga kurang mampu, karena ayah dan ibunya hanya berjualan es tape di alun-alun dan di rumah, semangat Wawan perlu ditiru. (Eko Priyono-46)

Sumber: SuaraMerdeka

16 komentar:

  1. yg luar biasa adalah semangatnya belajar, bukan profesi tukang becaknya.. semoga sukses untuk dia..

    BalasHapus
  2. Semangatnya luat biasa ....
    Semoga Tuhan selalu beserta dia yang selalu berusaha keras, menjaganya agar dia bisa mencapai cita-citanya (baik itu PNS maupun UGM). Amin.

    BalasHapus
  3. dari hotel bagelen ampe alun2 170 ribu, mahal amat !!!!!!!, kalo nangkring jangan di kantor pos, situ banyak kopada berbagai jurusan lewat, kopada aja udah kembang kempis, mending depan rs saras husada ato pasar suronegaran, masih rame gan
    jadilah PNS yang jujur
    jangan tiru 2 bupati pwr sebelumnya ya ^^

    BalasHapus
  4. patut jadi contoh pada semua ................

    BalasHapus
  5. contoh seorang pemimpin masa depan pantang menyerah dengan segala keterbatasan,,,,,,,

    BalasHapus
  6. memang semuanya tuh nasib,,,,, istilahnya untung2an deh, tapi salut buat usahanya , mungkin itu jln buat menuju keberhasilannya,,,,,amin

    BalasHapus
  7. RUBEN LEWI L. DERO4 November 2010 pukul 08.41

    Kalau belum sukses bikin airmata tumpah baca perjuanganmu... semoga kalau jd pejabat nanti anda tidak bikin meneteskan airmata penderitaan masyarakat kecil seperti yg byk pejabat lakukan saat ini.. Masa menangis sedih terus? sekali-kali dong bikin masyarakat menangis bahagia...

    BalasHapus
  8. aku bingung, bukannya meremehkan profesi becak tapi apa dia tak punya keahlian lain yang harus dikembangkan untuk mendapatkan uang untuk kuliah...heran...

    BalasHapus
  9. knp bingung...ya ssrg itu kan uda punya takdir sndiri, mungkin dia uda berusaha cr kerja lain dgn ijzh SMA...saking susah nya mngkin pilihan terakhir ya ngebeca...aneh..ko bingung...

    BalasHapus
  10. semangat yang patut dicontoh...!

    BalasHapus
  11. hebat benar bung wawan, sejak kelas 1 SMA udah mbecak buat cari biaya sekolah sendiri.
    salut deh buat bung wawan.

    BalasHapus
  12. purworejo gt lho.....
    siap mimpin......pak?

    BalasHapus
  13. Semoga dik Wawan memproleh kesuksesan didunia & diakherat

    BalasHapus
  14. from kaligesing with love !

    inyong kayane pernah ketemu sira !

    BalasHapus