30 September 2010

Membongkar Misteri G-30S/PKI


Setelah menunggu empat dekade, akhirnya terbitlah buku yang menguak misteri peristiwa Gerakan 30 September. Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Soeharto, terjemahan dari buku Pretext for Mass Murder karya John Roosa.

Ketidakjelasan itu bertahan demikian lama karena rezim Orde Baru melakukan monopoli sejarah dan memupuknya bertahun-tahun. Versi lain, seperti yang ditulis oleh Ben Anderson dan kawan-kawan (kemudian dikenal sebagai Cornell Paper), yang menganggap bahwa itu persoalan intern AD (Angkatan Darat), dilarang dan penulisnya dicekal masuk Indonesia. Perdebatan tentang Gerakan 30 September diharamkan, bahkan usaha ISAI (Institut Studi Arus Informasi) menerbitkan buku tipis tentang masing-masing versi Gerakan 30 September itu diganjal Kejaksaan Agung pada tahun 1995.

Dalam suasana demikian, ketika Soeharto jatuh, bermunculanlah di tanah air berbagai (terjemahan) tulisan tentang Gerakan 30 September sejak tahun 1998. Analisis yang diberikan beragam, mulai dari kudeta merangkak (Saskia Wieringa, Peter Dale Scott, Subandrio) sampai dengan kudeta yang disengaja untuk gagal seperti yang ditulis Coen Hotzappel.

Judul buku: Dalih Pembunuhan Massal, Gerakan 30 September dan Kudeta Soeharto
Pengarang: John Roosa
Penerjemah: Hersri Setiawan
Penerbit: Institut Sejarah Sosial Indonesia dan Hasta Mitra
Tebal: 392 halaman

Memang ada berbagai kelompok yang diuntungkan dengan kegagalan kudeta itu, namun apakah pihak tersebut mendesain peristiwa itu sedemikian rupa dengan skenario yang rapi dan semuanya berjalan seperti yang diharapkan mereka? Tampaknya tidak demikian.

Namun, masing-masing teori itu memiliki kelemahan. Kalau disebutkan bahwa Partai Komunis Indonesia (PKI) secara keseluruhan melakukan pemberontakan, kenapa 3 juta anggota partai ini tidak melakukan perlawanan ketika diburu dan dibunuh setelah gerakan itu meletus? Kenapa partai komunis terbesar ketiga di dunia saat itu begitu mudah dirontokkan?

Analisis yang menyebutkan bahwa itu persoalan intern Angkatan Darat juga tidak memuaskan karena persoalannya tidak sesederhana itu. Bukankah Sjam dan Pono juga terlibat? Sementara itu, versi Soekarno sebagai dalang juga diragukan. Bila sang presiden mengetahui sepenuhnya rencana aksi ini sebelumnya, kenapa ia berputar-putar di kota Jakarta sebelum menuju pangkalan udara tanggal 1 Oktober 1965? Mengapa Presiden Soekarno tidak langsung saja dari Wisma Yaso kediaman Ratna Sari Dewi (sekarang Museum Satria Mandala di Jalan Gatot Subroto) menuju Halim Perdanakusuma?

Demikian pula Soeharto tidaklah terlampau “jenius” untuk bisa merancang suatu perebutan kekuasaan secara sistematis. Masih perlu diinvestigasi lebih lanjut seberapa jauh Soeharto mengetahui rencana tersebut sebagaimana disampaikan Kolonel Latif dalam pertemuan malam sebelumnya di Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot Subroto.

Amerika Serikat (AS) tidaklah ikut campur pada tanggal 30 September dan 1 Oktober 1965, walaupun berbagai dokumen menyebut keterlibatan mereka sebelum dan sesudah peristiwa berdarah tersebut. Bagi pemerintah AS waktu itu, bila Indonesia dengan penduduk keempat atau kelima terbesar di dunia itu–dengan sumber daya alam berlimpah dan posisi sangat strategis– jatuh ke tangan komunis, berarti telah terjadi kiamat.

Riset yang dilakukan John Roosa menggunakan arsip yang jarang diulas secara utuh selama ini, seperti dokumen Supardjo, tulisan-tulisan Muhammad Munir dan Iskandar Subekti yang tersimpan di Amsterdam, wawancara dengan tokoh-tokoh PKI seperti “Hasan” yang meminta dirahasiakan identitasnya sampai ia meninggal.

Muhammad Munir adalah anggota Politbiro PKI dan Iskandar Subekti adalah panitera Politbiro PKI, yang pada tanggal 1 Oktober 1965 mengetik pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan Gerakan 30 September. Adapun “Hasan” memiliki posisi yang dianggap logis mengetahui kegiatan Biro Chusus. “Hasan” sendiri sudah menulis memoar yang sudah diserahkan kepada penulis buku (John Roosa) yang dapat dipublikasikan setelah ia meninggal. Di samping dokumen-dokumen penting itu, serta wawancara mendalam dengan tokoh sentral organisasi kiri itu, arsip-arsip yang berasal dari Departemen Luar Negeri AS membantu menjelaskan berbagai hal.

Dokumen Supardjo dianggap cukup sahih–sebagai semacam pertanggungjawaban setelah peristiwa itu terjadi–yang ditulis ketika ia belum tertangkap. Beberapa saksi, termasuk Letnan Kolonel Udara Heru Atmodjo, yang sama-sama di penjara dengan Supardjo, mengakui keberadaan surat tersebut. Pihak keluarga juga mengiyakan informasi yang pernah disampaikan Supardjo.

Dokumen itu memperlihatkan bahwa kelemahan utama Gerakan 30 September adalah karena tidak adanya satu komando. Terdapat dua kelompok pimpinan, yakni kalangan militer (Untung, Latief dan Sudjono) dan pihak Biro Chusus PKI (Sjam, Pono, Bono dengan Aidit di latar belakang). Sjam memegang peran sentral karena ia berada dalam posisi penghubung antara kedua pihak ini.

Namun, ketika upaya ini tidak mendapat dukungan dari Presiden Soekarno, bahkan diminta untuk dihentikan, maka kebingungan terjadi dan kedua kelompok ini pecah. Kalangan militer ingin mematuhi permintaan Soekarno, sedangkan Biro Chusus tetap melanjutkannya. Ini dapat menjelaskan mengapa antara pengumuman pertama dengan kedua dan ketiga terdapat selang waktu sampai lima jam. Sesuatu yang dalam upaya kudeta merupakan kesalahan besar. Pada pagi hari mereka mengumumkan bahwa Presiden dalam keadaan selamat. Sedangkan pengumuman berikutnya pada siang hari sudah berubah drastis (pembentukan Dewan Revolusi dan pembubaran kabinet).

Buku ini menyederhanakan kerumitan misteri itu dengan metode ala detektif. Pembaca diyakinkan bahwa tokoh kunci Gerakan 30 September, Sjam Kamaruzzaman, bukanlah agen ganda, apalagi triple agent, melainkan pembantu setia Aidit sejak bertahun-tahun. Pelaksana Biro Chusus PKI yang ditangkap tahun 1968 ini baru dieksekusi tahun 1986. Ia bagaikan putri Syahrazad yang menunda pembunuhan dirinya dengan menceritakan kepada raja sebuah kisah setiap malam, sehingga mampu bertahan selama 1001 malam. Sjam bertahan lebih dari 18 tahun dengan mengarang 1001 pengakuan.

Dokumen Supardjo mengungkapkan mengapa gerakan itu gagal dan tidak bisa diselamatkan. Kerancuan antara “penyelamatan Presiden Soekarno” dan “percobaan kudeta” dengan membubarkan kabinet dijelaskan dengan gamblang. Jauh sebelum peristiwa berdarah itu, AS telah memikirkan dan mendiskusikan segala tindakan yang perlu untuk mendorong PKI melakukan gebrakan lebih dahulu, sehingga dapat dipukul secara telak oleh Angkatan Darat. Dan, Aidit pun terjebak. Karena sudah mengetahui sebelum peristiwa itu terjadi, maka Soeharto adalah jenderal yang paling siap pada tanggal 1 Oktober 1965 ketika orang lain bingung dan panik. Nama Soeharto sendiri tidak dimasukkan dalam daftar perwira tinggi yang akan diculik.

Seperti disampaikan sejarawan Hilmar Farid dalam peluncuran buku ini di Yogyakarta, karya ini berjasa mengungkapkan bahwa Gerakan 30 September itu lebih tepat dianggap sebagai aksi (untuk menculik tujuh jenderal dan menghadapkan kepada Presiden), bukan sebagai gerakan. Karena peristiwa ini merupakan aksi sekelompok orang di Jakarta dan Jawa Tengah yang dapat diberantas dalam waktu satu-dua hari.

Namun, aksi ini (yang kemudian ternyata menyebabkan tewasnya enam jenderal) kemudian oleh Soeharto dan kawan-kawan dijadikan dalih untuk memberantas PKI sampai ke akar-akarnya, yang di lapangan menyebabkan terjadinya pembunuhan massal dengan korban lebih dari setengah juta jiwa. Kalau para jenderal yang diculik itu tertangkap hidup-hidup, mungkin sejarah Indonesia akan lain. Massa PKI akan turun ke jalan dan menuntut para jenderal itu dipecat. Presiden akan didesak untuk memberikan kursi departeman kepada golongan kiri itu, karena sampai tahun 1965 Soekarno tidak pernah mempercayakan pimpinan departemen kepada tokoh komunis kecuali Menteri Negara.

Buku ini memiliki kelemahan kecil, seperti penulisan Kapten Bambang Widjanarko (hal 116; seharusnya kolonel) dan Kolonel H Maulwi Saelan (hal 57; pada tahun 1965 Saelan belum naik haji). Saelan baru menunaikan rukun Islam itu pada era Orde Baru dan memimpin Yayasan Sekolah Islam Al Azhar.

Namun, di sisi lain, buku mempunyai banyak kelebihan. Pertama, menggunakan dokumen yang selama ini diabaikan, seperti dokumen Supardjo, pledoi Iskandar Subekti dan tulisan Muhammad Munir. Kedua, Roosa berhasil melakukan wawancara mendalam dengan “Hasan”, tokoh kunci yang mengetahui kiprah unit yang disebut sebagai Biro Chusus PKI.

Ketiga, sumber-sumber di atas dilengkapi dengan arsip-arsip Amerika Serikat yang telah terbuka dari waktu ke waktu dan menjadi perangkat yang andal untuk melakukan analisis sejarah. Keempat, John Roosa berhasil menyusun narasi baru bahwa Gerakan 30 September sebenarnya bukan gerakan, melainkan suatu aksi yang ternyata dijadikan dalih untuk melakukan pembunuhan massal.

Kelima, upaya yang sudah dilakukan dosen sejarah Universitas British Columbia, Kanada, ini menyebabkan perdebatan tentang siapa dalang G30S itu sudah sepatutnya diakhiri. Seyogianya diskusi kini beralih tentang bagaimana proses pembunuhan massal 1965 itu terjadi dan mengapa sampai memakan korban demikian banyak. Jadi, yang patut dipertanyakan bukan lagi “siapa dalang G30S” melainkan “siapa dalang pembantaian 1965″.

Buku Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Soeharto telah berhasil menampilkan data baru (berbagai dokumen dari dalam dan luar negeri), metodologi baru (dengan mengikutsertakan sejarah lisan) dan perspektif baru (ini adalah aksi bukan gerakan, tetapi kemudian dijadikan dalih untuk peristiwa berikutnya yang lebih dahsyat).

Oleh Asvi Warman Adam, ahli peneliti utama LIPI

Sumber : http://15meh.blogspot.com/2008/05/terbongkarnya-misteri-g30spki.html

27 komentar:

  1. YA INTINYA Soeharto dei..Soeharto dei...emg DASAR @SOEharto(dbaca ASU-harto)KEHED SOK TUDUH" ORG LAIN..COPO BRANI B'BUAT TP PAS SURU TANGGUNGJAWAB SOK "SAKIT", iye SAKIT PANAS NERAKA LU...MAMAM TUH SKARANG YE...

    BalasHapus
  2. Saya lebih setuju pada masa 1965 pemeritah RI dikuasai oleh Soeharto beserta antek2nya, drpd di kuasi PKI sbg penghianat bangsa, yg telah menghalalkan berbagai cara untuk mencapai tujuan. Ganyang PKI, usir dari bumi INDONESIA.

    BalasHapus
  3. Salah semuanya

    PKI gagal memang gagal dalam gerakannya karena tidak ada satu komando, tapi lebih karena perbedaan paham antara anggota PKI itu sendiri

    Pertama :
    Pihak Aidit adalah ProKomunis China, itulah mengapa ketika soekarno sakit, bukan dokter china yg melayani bukan dokter soviet

    Kedua :
    Pihak Nyoto adalah ProKomunis Soviet

    Sistem ProKomunis China lebih condong pada tindakan represif dalam gerakannya, seperti terlihat pada Komunis Vietnam(bukan pada perang melawan US tapi sesama anggota juga bunuh2an karena hal itu tadi Pro China atau Pro Soviet, sehingga setelah US hengkang dari Vietnam, China menyerang Vietnam (ingat pula kasus Yugoslavia-Soviet)), Komunis Myanmar (Phol Pot) dan juga Laos

    Sedangkan Sistem Pro Soviet, lebih mementingkan gerakan pro-pemerintah, seperti halnya organisasi kiri di negara-negara Barat

    Tapi hanya satu persamaannya, yaitu tindakan represif dapat dibenarkan jika posisi Komite Pusat terancam atau ada tindakan countercomintern dalam pergerakan Komunis.

    kenapa saia tahu semua ini?? karena saia KOMUNIS

    BalasHapus
  4. Ga perlu jadi komunis gw jg da tau skenarionya... yang terlibat itu, cina,sopiet,bule ma pribumi... tinggal lo pilih deh dalangnya sapah ajah..

    BalasHapus
  5. Dalang dimana2 kl kaga Jawa ya Sunda.

    mana ada org Batak, Makasar main Wayang ??

    hahahahaha

    BalasHapus
  6. Bagaimana seorang anak angon kebo, orang tua nggak jelas,hidup melaratluntang-lantung dari keluarga satu ke keluarga lain, pendidikan cekak,mantan kopral KNIL yg dikejar-kejar Kempetai Jepang, di zaman revolusi tempo dulu bisa bermimpi jadi Raja Nusantara kelak dikemudian hari ? Yah pakai cara Ken Arok jadi raja dgn membunuh Tunggul Ametung,analoginya bunuh Bung Karno dgn injeksi sampai teler,bantai rakyatnya s/d 3.000.000 jiwa.Pulau Buru-kan puluhan ribu orang yg bakal mengganggu / membahayakan dirinya menikmati menjadi Raja di Kerajaan Nusantara! Selanjutnya jual atau gadaikan tambang / gunung emas Freeport ke Kapitalis USA sebagai imbal jasa, babat alas rame2,Jargon Pembangunan 1000X dgn duit utangan dari mana2 sampai Pemimpin & Generasi sekarang Teler mikirin bgmn membayar utang sebesar Rp.1.627 Triliun ditanggung rame2 oleh 238 juta rakyat Indonesia ! Lebih parah lagi, mental, moral, karakter bangsa ikut2an rusak yg menyebabkan KKN merata dari Puncak Pimpinan Bangsa ( Eksekutif, Legislatif, Yudikatif )sampai Gubernur, Walikota, Bupati, Camat dan Lurah di Desa2. Akhirnya dosa bersama ini mesti kita tanggung bersama sekarang dengan kutukan alam semesta berupa letusan gunung Merapi, Gempa Bumi, Tsunami, banjir, longsor, dimana-mana ! Itupun kalau kita sadar dan percaya bahwa ada korelasi antara Dosa Berjamaah kita selama ini dengan Kutukan Alam Semesta yg terjadi sekarang!

    BalasHapus
  7. DIJUAL BLACKBERRY ONYX PUTIH, LENGKAP, GARANSI TAM MASIH 8 BULAN, rP. 3.200.000,- BUTUH UANG HUB.I DI 085755387288

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahah.... ini komen yg paling enak dibaca, nggak sotoy kayak yg lain wkwkwkwkkk

      Hapus
  8. mantap gan, ane atu BB nya... (enakan ngewe daripada politik)

    BalasHapus
  9. BAGAIMANAPUN, APAPUN, SIAPAPUN ... YG JELAS; KOMUNIS TIDAK COCOK ADA DI INDONESIA KARENA SUDAH JELAS PAHAMNYA TIDAK SESUAI DENGAN SILA KE -1 PANCASILA. UNTUK ANDA YG MENGAKU DIRINYA KOMUNIS, SILAHKAN ANDA TINGGALKAN BUMI PERTIWI KAMI, INDONESIA TERCINTA INI. SEBELUM ANDA KAMI USIR DENGAN PAKSA ATAU KAMI BANTAI.

    BalasHapus
  10. KOMENTAR DIATAS SAYA INI SANGAT BODOH tidak bisa membedakan ideologi dan keyakinan, KOMUNIS KOG DISAMAKAN ATHEIS (TIDAK BERTUHAN)? Sekolah makan TAI lu ? SIAPA BILANG KOMUNIS MELARANG ORANG BERAGAMA? PERNAH LIHAT MASJID ATAU GEREJA DI CHINA, GAK DIBUNUH KHAN MEREKA OLEH PEMERINTAH KOMUNIS? MATA LU BUKA DONK... PERNAH BELAJAR GAK? MAKAN TAI SUHARTO LU ??? HAHAHAHA BUKTI KEBODOHAN BANGSA INDONESIA YANG 32 TAHUN DIJAJAH OLEH IDEOLOGI CIPTAAN SUHARTO...HHAHAHAHAHHAHA

    BalasHapus
  11. setuju sama komen diatasku ↑↑
    hehe..sy benci "suatu masalah" yg mengatasnamakan agama

    BalasHapus
  12. hahahahahahah semuanya emang bodoh kali ya?.ngurusin yg ga diurus..emangnya kalo terungkap ,mau diapakan??,jaman udah gila gini,hahahaha.lebih baik ngopi sambil ngeliat mereka/kalian nge bacot.hahahaahahah

    BalasHapus
  13. betul... komunis itu paham, seperti idealis, kapitalis atau sosialis... buakan agama bego.............

    BalasHapus
  14. PENGIKUT Komunis di Indonesia itu sampai detik ini masih buanyak dan TIDAK ADA satu instansipun yang BERANI MENYENTUH apalagi MENGUSIR DARI Indonesia. Saya yakin kalian SEMUA juga kagak ada yang berani. Salah contoh pentolannya adalah yang barusan ketahuan keluar dari tahanan Mako Brimob dan jalan-jalan ke Bali. Ingat !!! ada 152 tokoh Partai Komunis Indonesia yang dipilih rakyat Indonesia MURNI menjadi kepala daerah yang sekarang terjerat HUKUM bukan karena ke-KOMUNIS-annya namun karena keserakahannya nyolong duit negara. Mereka sudah lama kelaparan begitu berkuasa menjadi aji mumpung. Itu baru sebagian gan...belum centeng dan tukang pukul partai komunis yang meresahkan rakyat karena baju yang dipakai bisa mengelabui kita...bahkan sebagian kita turut memberi makan. Jadi gak ada pilihan gan...KOMUNIS harus diterima....mereka ada disekitar kita...paman, adik, om, suami ato mertua kita jangan-jangan juga KOMUNIS namun kita gak tahu dan tetap menyayangi mereka. Oleh sebab itu gak usah capek-capek ngributin.

    BalasHapus
  15. KOMUNIS DIPERSALAHKAN???? KOMUNIS = ATHEIS????
    HAL BODOH DARIMANA ITU??? DARI SUHARTO???
    orang indonesia terlalu banyak percaya pikiran suharto dkk. komunis dbantai krn suharto takut smua siasatnya terbongkar. knp slama 32 tahun masa pemerintahan suharto,pembahasan dan pengungkapan G30S dhalang2in??? itu krn SUHARTO TAKUT KEDOKNYA TERBONGKAR. asal pd tau, yg nolong sukarno dari kudeta itu pihak komunis. justru org dri dlm lah yg melakukan kudeta.
    JANGAN SOK PINTAR KALO BODOH,SOK BERLAGAK MEMBELA INDONESIA PDHAL GA TW APA2.
    W GA BELA SIAPA2,TPI YG W BELA ADL KBENARAN.

    BalasHapus
  16. Wahai saudara2ku semua yg pada pinter2 lembutkan hati kalian, kagak usah lg ngributin masa lalu yg berpotensi perpecahan. Para generasi muda sekarang harus lebih merapatkan barisan untuk menjadikan masa depan bangsa lebih gemilang sebagai warisan anak cucu. Contoh yg jelek2 dari para pendahulu perlu kita buang jauh2 & tinggal sejarah, ambil baik2 nya aja. Tantangan ke kepada makin beraaaaaaaaaaaaaatt chooooiii.

    BalasHapus
  17. ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh.........makan tai loe semua......mending sekarang gak usah mikirin yg dah lalu.......sekarang loe mikirin gimana buat maju negara kita sekarang

    BalasHapus
  18. PKI memang bukan agama..cuman pemimpin2nya yg biadab dan tak beragama

    dari dulu gak ada namanya pemimpin komunis yg menjalankan perintah agama..

    itu knp org blg PKI = Atheis

    BalasHapus
  19. damai bro, baca artikel aja. komen msng2 ga usah komenin komen org. ini dibaca buat nambah ilmu. benar at salah jg kt ga tau krn ga terlibat. nikmati aja bacaan yg ada. jgn baca komennya. tuh kan gw jd ikutan baca komen org jg. lupakanlah

    BalasHapus
  20. mudah2an intelejen kita doyan maen internet..
    biar tau perkembangan sekarang ini
    jgn sampe kalo udah kejadian baru bertindak
    saat ini paham komunis masih DILARANG cuy
    dan bahaya laten komunis mesti harus diwaspadai

    BalasHapus
  21. halaaahh.. buang2 waktu lo pada!!! yang lalu biarlah berlalu.. sekarang mending ningkatin kemampuan IMTAK dan IPTEK masing2 aja laahh.. gausah pada ngemeng disini doank beraninya!! buktiin dengan karya cuuyy!!!

    BalasHapus
  22. jiiaahhh.....pada ngomong gak jelas semua....gak usah banyak komentar dulu bos...yang pada komentar gak jelas diatas udah pada bikin bangga ibu kalian belom?????....udah bisa balas jasa orang tua kalian belom?????.....udah bisa bahagiakan orang tua klian belom??????....klo itu belom bisa kalian wujudkan gak usah ngomong yang aneh2 deh......taik kebo semua omongan klian tuh

    BalasHapus
  23. yg komentar jelek2in Orba tuh biasanya klo di urut2 psti ada yg keluarganya berbabau PKI. Skrg lg pd muncul ke permukaan sejak era reformasi (??)

    BalasHapus
  24. Pada ribut apa sih? mendingan pada diem dan nonton bokep sana, hahahah

    BalasHapus