Sushi tampaknya makin banyak dinikmati masyarakat di kota besar di Indonesia sekarang ini. Sushi bukan lagi makanan eksklusif yang hanya dapat ditemukan di restoran Jepang yang mewah, atau di hotel-hotel berbintang.
Di mal-mal pun kita sering menemukan restoran sushi dengan cita rasa yang makin dapat diterima lidah orang awam. Restoran sushi tidak lagi hanya menyajikan sushi dengan ikan mentah, tetapi juga ikan yang telah dimasak dengan suhu tertentu di dalam oven. Bahkan sushi sudah disajikan dengan keju, mayones, atau bahan makanan lain yang sudah lebih akrab di lidah.
Di Amerika, sushi juga menjadi makanan favorit. Namun akhir-akhir muncul isu penting mengenai tingkat merkuri yang terkandung dalam makanan tersebut, terutama yang menggunakan ikan tuna dan ikan todak. Tes laboratorium yang diadakan The New York Times menemukan ada begitu banyak kadar merkuri dalam tuna di 20 restoran dan toko di kawasan Manhattan, New York City. Namun merkuri dalam enam potong sushi yang disantap dalam seminggu masih dalam kadar yang dapat diterima, demikian menurut Environmental Protection Agency.
Laporan ini tentu saja menimbulkan kecemasan di kalangan penikmat sushi. Apalagi selama ini ikan dianggap sebagai makanan yang sehat. Ikan mengandung protein yang baik untuk diet, atau bagi perkembangan otak bagi janin di usia awal. Laporan National Fisheries Institute menyatakan bahwa masyarakat berhak mendapat pengetahuan yang benar mengenai keuntungan menyantap ikan, dan karena itu, “Membuat konsumen khawatir mengenai informasi yang tidak benar adalah perbuatan yang tidak bertanggung jawab.”
Eliza Zied, ahli gizi dari American Dietetic Association, menyatakan bahwa ikan mengandung protein berkualitas tinggi dan lemak omega-3. Meskipun demikian, menyantap ikan mentah memang berisiko. Ikan mentah bisa terkontaminasi bahan kimia, termasuk methylmercury. Merkuri memang umum ditemukan di lingkungan kita, namun bila mencemari air, merkuri bisa berubah menjadi methylmercury dan masuk ke dalam tubuh ikan. Kadar methylmercury yang terlalu banyak dalam darah dapat merusak sistem saraf yang sedang berkembang dalam janin, bayi, dan anak-anak. Pada orang dewasa, hal ini dapat menimbulkan gangguan penglihatan, menurunnya daya ingat, sakit kepala, dan kerontokan rambut.
Sushi tuna dianggap yang mengandung kadar merkuri paling tinggi, namun Anda tak perlu panik bila banyak menyantapnya akhir-akhir ini. Menurut Food and Drug Administration (FDA), memakan sushi selama seminggu tidak akan meningkatkan kadar merkuri dalam darah. Setelah memakan sushi tuna tujuh hari berturut-turut, Anda pasti akan bosan seminggu berikutnya.
Masalah lain yang ditimbulkan dengan memakan ikan mentah adalah kandungan polychlorinated biphenyls (PCBs) dan dioxin, yang menurut penelitian dapat menjadi karsinogenik dan menimbulkan efek kesehatan lain. Penyakit-penyakit lain akibat bakteri dalam ikan mentah antara lain diare, alergi, berkeringat, sakit kepala dan muntah-muntah (dapat dirasakan dalam dua menit hingga dua jam setelah mengkonsumsi), serta penyakit yang disebabkan virus seperti Hepatitis A. Parasit pun dapat berpindah ke ikan mentah, namun bisa dimatikan setelah ikan dibekukan sebelum dikonsumsi.
Karena itu, menurut Eliza Zied, wanita yang sedang merencanakan kehamilan, sedang hamil atau menyusui, anak-anak di bawah 12 tahun, kaum lanjut usia, dan siapa pun yang memiliki penyakit liver atau penyakit lain yang mengganggu sistem kekebalan tubuh, harus menghindari ikan mentah. Ikan yang memiliki kadar merkuri paling tinggi menurut FDA dan Environmental Protection Agency adalah hiu, todak, tenggiri, dan ikan ubin.
Sedangkan sushi dengan ikan yang telah melalui proses masak justru bernilai gizi yang baik, rendah kalori dan rendah lemak. Sushi salmon mengandung vitamin D, dan bahan ketan pada sushi memberikan karbohidrat yang baik untuk tenaga. Pendek kata, jika Anda mengkonsumsi sushi yang masak dalam jumlah yang wajar, tak akan memberi pengaruh buruk apa pun. Bahkan, Anda akan mendapatkan gizi yang baik.
sumber: http://www.untukku.com/artikel-untukku/amankah-menyantap-sushi-untukku.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar