KOMPAS.com — Sejak 24 Maret lalu, Gayus HP Tambunan, pegawai Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, bersama istrinya, Milana Anggraeni, dan tiga anaknya ”tinggal” di Singapura. Mereka menginap di Hotel Meritus Mandarin di kawasan Orchad Road, Singapura, kamar 2105.
Harga kamar di hotel itu per malamnya mulai 320 dollar Singapura untuk deluxe room sampai dengan 1.440 dollar Singapura untuk presidential suite. Jika dialihkan ke rupiah, lebih kurang Rp 2,1 juta-Rp 9,5 juta per kamar. Di hotel itu, Gayus, yang menjadi buron Polri terkait makelar kasus, bersembunyi selama ini.
Selasa (30/3/2010) sekitar pukul 20.00, ia keluar hotel sendirian mencari makan malam untuk keluarganya. Tujuannya Lucky Plaza, dua blok dari Meritus Mandarin. Pakaiannya santai. Kaus oblong dipadu celana pendek tiga perempat. Sebuah tas merek berkelas diselempangkannya di bahu.
Setiba di Lucky Plaza, ia ke lantai dasar, tempat gerai makanan (food court). Ia memilih gerai yang menjual ayam goreng dan nasi. Lokasinya di sudut. Saat membayar, tiba-tiba sebuah suara memanggil namanya dari belakang. Itu suara Denny Indrayana, Sekretaris Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum. ”Gayus menoleh dan menyambut kami,” kata Denny.
Denny bersama Mas Achmad Santosa, anggota Satgas. Mereka di Singapura memang untuk mencari, menemukan, dan membujuk Gayus agar menyerahkan diri. Mereka tentu bekerja sama dengan tim Mabes Polri dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Singapura.
Namun, pertemuan di gerai makanan itu, kata Denny, adalah kebetulan. ”Sungguh suatu kebetulan,” katanya. Denny dan Santosa menginap di Hotel JW Marriott, sekitar 100 meter dari Lucky Plaza. Mereka mencari makan malam.
Gayus diajak duduk di kedai masakan Padang, tak jauh dari gerai ayam goreng. Denny pada saat yang sama memberi tahu tim Mabes Polri untuk segera merapat. Pendekatan berlangsung sekitar dua jam, sambil makan nasi padang, yang rasanya hambar, seperti dikatakan Denny, karena situasi.
Tak mudah bagi Gayus untuk pasrah meski posisinya sangat sulit. Pembicaraan tidak banyak menyangkut soal hukum, tetapi soal perasaan. ”Kami tak banyak ngomong soal hukum kepada Gayus, tetapi lebih banyak encouragement. Saya mengatakan kepadanya, forget the past, start a new life,” kata Santosa.
Kedua anggota Satgas itu berusaha meyakinkan, menyerahkan diri adalah pilihan terbaik. Apabila tak menyerahkan diri, Gayus akan dihantui perasaan sebagai buron seumur hidup. Gayus juga terancam ditahan polisi Singapura karena paspornya dicabut akibat status pekerjaannya dipalsukan dari yang semestinya pegawai negeri sipil ditulis pegawai swasta. Kalau permasalahan ini diteruskan, pasti kian runyam.
”Kami membujuknya untuk menyerahkan diri. Ia tampak bingung dan takut, terutama dengan nasib istri dan anak-anaknya, yang masih enam tahun, empat tahun, dan satu tahun. Berulang kali, ia mengusap dahinya,” kata Denny.
Akhirnya, saat sebagian besar gerai telah tutup, nada-nada mau menyerahkan diri tampak pada diri Gayus. Namun, perasaan bingung dan takut masih berkecamuk di pikirannya. Ia kemudian minta waktu untuk berbicara dengan istrinya di hotel. Jam menunjukkan pukul 22.30.
Denny, Santosa, dan tim Mabes Polri mengantarkan Gayus kembali ke Hotel Meritus Mandarin. Sekitar 45 menit, Gayus berbicara dengan istrinya dalam kamar.
Setelah menetapkan hati, Gayus keluar kamar. Didampingi Denny, Santosa, dan tim Mabes Polri, mereka menuju lobi Hotel Marriott. Di sana, Kepala Bagian Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderal Ito Sumardi, staf KBRI di Singapura, dan pejabat Kepolisian Singapura telah menunggu.
Di tempat itu dibicarakan persiapan dokumen imigrasi agar Gayus bisa kembali ke Tanah Air. Disepakati, Gayus pulang dengan surat perjalanan laksana paspor sebagai pengganti paspornya yang dicabut. Pembicaraan selesai pukul 02.00.
Rabu, Gayus menetapkan langkahnya menuju pesawat Garuda Indonesia bernomor penerbangan GA 829 tujuan Jakarta. Di Jakarta, Gayus berketetapan hati mengungkap segalanya meski rasa takut masih berkecamuk.
Lebih gemuk
Jadwal kedatangan GA 829 dari Singapura terpampang di layar monitor. Pesawat dijadwalkan mendarat pukul 15.35. Ratusan orang memadati ruang kedatangan di Terminal 2F Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Wartawan tersebar di tiga titik pintu keluar karena tidak jelas dari mana Gayus akan keluar.
Gayus keluar dari terminal kedatangan Bandara Soekarno-Hatta sekitar pukul 16.00. Ia diapit aparat Polri berpakaian preman. Ratusan wartawan pun langsung mengerumuni Gayus yang berkepala plontos itu. Gayus dibawa ke mobil Toyota Land Cruiser warna hitam bernomor polisi B-2676-TL.
Saat keluar, Gayus tanpa ekspresi. Tubuh dan wajahnya tampak lebih gemuk daripada foto yang selama ini beredar di internet dan media massa. Rombongan yang membawanya tak mampir ke bagian imigrasi.
Sempat terjadi kericuhan kecil saat Gayus datang, tetapi itu tak menghambatnya dibawa ke Mabes Polri untuk diperiksa. (pin/fer/ong/tri)
sumber: http://nasional.kompas.com/read/2010/04/01/08010087/Dilema.Gayus.di.Kedai.Padang.Lucky.Plaza
Tidak ada komentar:
Posting Komentar